ABSTRAK
Sri Rahmini, A. 410 020 023, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006, 76 halaman
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar matematika siswa.
Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VIID SMP N 2 Colomadu yang
berjumlah 39 siswa, subyek pelaksanaan tindakan adalah Guru SMP N 2 Colomadu
dan subyek yang membantu pelaksanaan tindakan adalah peneliti dan kepala sekolah.
Metode pengumpulan data dilakukan melalui observasi, catatan lapangan, review, dan
dokumentasi. Analisis data secara deskriptif kualitatif dengan presentasi dan model
alur. Hasil penelitian tindakan kelas ini adalah terjadinya peningkatan minat belajar
siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan brainstorming yang
meliputi empat tahapan pembelajaran yaitu tahap persiapan, tahap penyampaian, tahap
pelatihan dan tahap penampilan hasil. Adapun peningkatan minat belajar siswa dalam
pembelajaran matematika yang ada yaitu : (a)perhatian terhadap pelajaran matematika
meningkat mencapai 89,74%, (b) kegiatan siswa dalam mengajukan pertanyaan dan
mengajukan ide-ide meningkat mencapai 84,62%, (c) kegiatan siswa dalam
mengerjakan soal/ tugas mandiri meningkat mencapai 87,18%, (d) kegiatan siswa
dalam maju mengerjakan soal-soal ke depan kelas meningkat mencapai 76,92%, dan
(e) gangguan kelas menurun hingga 23,07%.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Matematika merupakan sarana berfikir ilmiah untuk menuju perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang selama ini terus berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang
dipelajari di sekolah sampai saat ini, dilihat dari minat belajar yang dicapai masih
tergolong belum optimal. Padahal banyak upaya yang telah dilakukan guru dan
sekolah supaya minat belajar matematika siswa bisa meningkat lebih baik. Namun,
hal itu tidak cukup tanpa diimbangi dengan usaha dari siswa.
Dalam proses belajar mengajar guru mempunyai tugas untuk mendorong,
membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan.
Guru mempunyai tanggungjawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi
didalam kelas untuk membantu proses perkembangan siswa.
Keberhasilan suatu pendidikan terkait dengan masalah untuk mencapai
keberhasilan dalam proses belajar mengajar disekolah. Proses belajar mengajar
akan lebih efektif dan efisien apabila siswa ikut aktif berpartisipasi didalamnya.
Partisipasi siswa dalam membantu keberhasilan proses belajar mengajar salah
satunya yaitu dengan siswa mau mengajukan pertanyaan dari materi yang
sekiranya belum jelas, belum bisa dikuasai. Dengan pertanyaan yang diajukan
siswa tersebut maka ia memiliki kesediaan belajar dan menggunakan daya
pikirnya untuk menemukan celah-celah dalam materi yang belum diketahui.
Sehingga memudahkan guru mengetahui sejauh mana keberhasilan mengajarnya
dengan pemahaman siswa yang belum jelas atau masih ragu-ragu terhadap
masalah yang disampaikan.
Peran guru dalam dunia pendidikan sangatlah penting. Karena kualitas
kinerja guru sangat berpengaruh terhadap proses belajar mengajar. Oleh karena
itu, usaha untuk meningkatkan minat belajar siswa dalam pelaksanakan proses
belajar mengajar perlu secara terus-menerus mendapat perhatian dari semua pihak.
Dengan adanya usaha peningkatkan minat belajar ini maka akan dihasilkan
sumber daya manusia yang berpotensi. Namun, saat ini ada beberapa hal yang
jelas terlihat di masyarakat, bahwa faktor-faktor penghambat meningkatnya minat
belajar siswa sangat berpengaruh sekali dampaknya terhadap potensi siswa saat
ini. Salah satu kegiatan pembelajaran yang menekankan berbagai kegiatan dan
tindakan adalah menggunakan metode tertentu dalam pembelajaran yang pada
hakekatnya merupakan cara teratur dan terpikir dengan baik untuk mencapai suatu
tujuan pengajaran dan untuk meningkatkan minat belajar serta mengembangkan
aktivitas belajar siswa terutama dalam meningkatkan minat belajar mereka.
Metode ini mempunyai peranan yang sangat penting karena menentukan berhasil
tidaknya proses belajar mengajar yang diinginkan.
Pendidikan dalam era modern semakin tergantung pada tingkat kualitas,
antisipasi dari para guru untuk menggunakan berbagai sumber yang tersedia,
mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa untuk mempersiapkan pembelajaran
yang dapat menumbuhkan cara berfikir siswanya menjadi lebih kritis dan kreatif.
Namun, di sisi lain kita menghadapi kenyataan yang sangat memprihatinkan
terhadap minat belajar siswa yang sangat kurang saat ini.
Pengajaran matematika menekankan konsep, dengan demikian anak
diharapkan akan lebih mudah mempelajarinya dan lebih menarik. Dari
pengamatan dan pengalaman, banyak terdapat anak-anak yang menyenangi
matematika hanya pada permulaan saja, mereka berkenalan dengan matematika
yang sederhana, semakin tinggi sekolahnya semakin sukar matematika yang
dipelajari dan makin kurang minat belajar matematika sehingga dianggap
matematika itu sebagai ilmu yang sukar dan rumit.
Mengatasi kesulitan-kesulitan minat belajar siswa tidak selalu gampang.
Namun, jika kebiasaan-kebiasaan yang bersifat positif telah ditanamkan sedini
mungkin, maka dengan sendirinya siswa akan lebih mudah untuk mengatasi
kesulitan-kesulitannya sendiri. Pada dasarnya kebiasaan melatih siswa untuk
mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang bersifat mudah dan ringan dapat
dilakukan melalui latihan kebiasaan sehari-hari yang berjalan secara terusmenerus.
Salah satu pendekatan pembelajaran untuk mengantisipasi kurangnya minat
belajar matematika siswa adalah dengan menggunakan pendekatan brainstorming.
Pendekatan brainstorming ini adalah suatu tehnik atau cara mengajar yang
dilaksanakan guru di dalam kelas. Dalam pelaksanaan metode ini tugas guru
adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga
siswa mau menanggapi permasalahan yang diberikan oleh guru. Pendekatan
brainstorming ini lebih menekankan siswa untuk lebih berpikir aktif dalam
menyatakan pendapat dan melatih siswa berfikir dengan cepat dan tersusun logis.
Pembelajaran matematika melalui pendekatan brainstorming merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran guna mengantisipasi kurangnya minat belajar
siswa terutama pada bidang studi matematika. Hal tersebut dikarenakan siswa
menganggap bidang studi matematika merupakan ilmu yang sukar dan rumit,
sehingga minat belajar matematika siswa makin berkurang.
Dari pengamatan serta wawancara dengan guru bidang studi matematika
dikelas VII SMP N 2 Colomadu menunjukkan bahwa nilai matematika khususnya
pokok bahasan sudut masih rendah. Padahal pokok bahasan sudut sangat penting
dikuasai siswa. Hal itu dikarenakan pokok bahasan sudut merupakan materi awal
yang nantinya akan sering dijumpai dalam jenjang yang lebih tinggi. Selain itu,
pokok bahasan sudut sangat penting digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan pendekatan guna meningkatkan
minat belajar siswa pada pelajaran matematika khususnya pokok bahasan sudut
dengan menggunakan alternatif pendekatan pembelajaran yang hal ini digunakan
pendekatan brainstorming.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah penulis kemukakan diatas, disini
penulis menjelaskan tentang masalah-masalah yang timbul antara lain sebagai
berikut:
1. Kemampuan dalam memahami suatu pelajaran pada setiap siswa
berbeda-beda. Ada yang memiliki kemampuan tinggi sehingga dapat
dengan mudah menyerap apa yang disampaikan oleh guru.
2. Peningkatan minat belajar matematika siswa, sebelum dan sesudah
diberi pembelajaran dengan pendekatan brainstorming pada pokok
bahasan sudut.
C. Pembatasan Masalah
Dalam suatu penelitian agar dapat tercapai sasaran yang ditinjau dan sesuai
dengan tujuan penulis, maka perlu adanya pembatasan masalah. Adapun
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah
pendekatan brainstorming pada pokok bahasan sudut.
2. Penelitian dilaksanakan dikelas satu pada semester dua di
SMP N 2 Colomadu.
D. Perumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang dikemukakan tersebut, maka
permasalahan yang terkait dengan penelitian ini dapat disajikan dalam bentuk
pertanyataan sebagai berikut:
“Adakah peningkatan minat belajar matematika siswa melalui pendekatan
brainstorming di SMP N 2 Colomadu ?.”
E. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian tujuan merupakan salah satu kontrol yang dapat
dijadikan petunjuk sehingga penelitian ini dapat berjalan sesuai dengan yang
diinginkan.
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Meningkatkan minat belajar siswa pada pembelajaran matematika.
2. Memotivasi siswa agar senang belajar matematika.
3. Guru semakin menyadari akan pentingnya keterlibatan siswa secara langsung
dalam memahami suatu materi pelajaran matematika.
F. Manfaat Penelitian
Penulis mengharapkan penelitian tindakan kelas (PTK) ini mampu
memberikan manfaat untuk:
1. Guru
a. Guru matematika akan semakin mengetahui pentingnya minat
siswa dalam pembelajaran matematika.
b. Guru matematika dapat menggunakan pendekatan brainstorming
yang dapat menumbuhkan ketertarikan siswa dalam belajar dan
pada gilirannya dapat meningkatkan minat belajar.
2. Siswa
a. Siswa dapat meningkatkan minat dalam belajar matematika.
b. Siswa akan termotivasi untuk belajar matematika.
Jumat, 08 April 2011
PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWAMELALUI PENDEKATAN BRAINSTORMINGDI SMP NEGERI 2 COLOMADU( Pokok Bahasan Sudut Siswa Kelas VII)
UPAYA PEMBELAJARAN DENGAN METODEBERPIKIR REFLEKTIF UNTUK MENINGKATKANMOTIVASI BELAJAR SISWA MATEMATIKA(PTK SMK Muhammadiyah I ......
ABSTRAK
SUGENG RAHARJO, A 410 030 043, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2007, 74 halaman.
Penelitian ini dilatar belakangi bahwa keberhasilan belajar tidak di
tentukan oleh guru saja, tapi kemampuan dasar siswa dan juga karena pasifnya
dalam belajar terutama belajar matematika. Masalah ini dibatasi pada berpikir
siswa dalam menyelesaikan soal-soal latihan, membuat kesimpulan materi
pelajaran, mengerjakan soal di depan kelas. Sedangkan motivasi siswa dibatasi
pada bertanya, mengerjakan soal-soal latihan, mengerjakan soal di depan kelas,
mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan guru.Tujuannya agar guru dalam
upaya pembelajaran matematika dengan metode berpikir reflektif dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa. Manfaatnya agar motivasi belajar siswa
kelas ID SMK Muhammadiyah I Surakarta dengan menggunakan metode berpikir
reflektif dapat tercapai. Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
atau Classroom Action Research (CAR). Tempat Penelitian SMK Muhammadiyah
I Surakarta.Waktu penelitian pada bulan April-Mei 2007. Subyek penelitian
seluruh siswa kelas ID SMK Muhammadiyah I Surakarta. Peneliti dimulai dengan
dialog awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi.
Data penelitian ini dikumpulkan melalui teknik observasi, catatan lapangan,
dokumentasi. Instrumen penelitian melipuli pada pembelajaran matematika,
berpikir Reflektif, peningkatan, motivasi Siswa.Validitas data yang digunakan
adalah teknik triagulasi. Aktivitas belajar matematika siswa pada putara awal,
putaran I, putaran II, putaran III, ditunjukan pada berpikir dalam mengerjakan
soal-soal latihan ( 38,46 %, 48,64 % , 51,28 %, 52,5 % ), dalam membuat
kesimpulan pelajaran ( 33,33 %, 40,54 %, 41,02 %, 45 % ), dalam mengerjakan
soal di depan kelas ( 12,82 %, 13,51 %, 20,51 %, 22,5 % ), Sedangkan motivasi
siswa ditunujukan dalam bertanya ( 0 %, 2,70 %, 2,56 % , 5,12 % ), mengerjakan
latihan soal ( 51,28 %, 67,56 % ,76,92 %, 80 % ), mengerjakan soal di depan
kelas ( 12,82 %, 13,51 %, 20,51 %, 22,5 % ), mengemukakan pendapat ( 2,56 %,
5,40, 5,12 %, 7,5 % ), menjawab pertanyaan guru ( 12,82 %, 13,51 %, 20,51 %,
22,5 % ). Analisis data dilakukan dengan metode alur yang menunjukan terjadinya
peningkatan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita mendengar ucapan-ucapan
yang mengajak agar orang selalu mempergunakan pikiranya dalam
kehidupannya. Setiap orang tua sering mengharapkan agar putra putrinya di
sekolah belajar dan diajarkan berpikir sendiri, sebab pada umumnya belajar
berpikir membukakan pintu yang luas untuk belajar selanjutnya.
Banyak orang menghendaki agar anak-anaknya belajar berpikir dengan
baik dalam menilai dan menyimpulkan problema-problema yang di hadapi dan
sekolah-sekolah hendaklah merupakan pusat pembinaan berpikir secara
kontinu.
Keyakinan selalu dinyatakan lebih dalam daripada kata-kata yang
digunakan untuk mengekspresikan selain dari pada itu keyakinan yaitu kondisi
kemauan untuk bertindak, mungkin tak pernah diexspresikan sama sekali
dalam bentuk kata-kata mungkin hanya secara tak langsung atau samar-samar
saja.
Pola-pola keyakinan bukan hanya merupakan aspek-aspek
pengetahuan, tetapi juga sebagai bahan-bahan pondasi bagi terciptanya polapola
yang baru sering terjadi secara mendadak, terlepas dari refleksi. Mungkin
menimbulkan kesukaran berpikir, kesukaran ini menimbulkan aktifitas
reflektif seterusnya dan pada saat inilah pola-pola pengetahuan
direkontruksikan.
Setiap langkah baru mengandung suatu rekontruksi dari apa yang telah
di ketahui, namun tidaklah menggantikan tempat pengetahuan yang lama.
Usaha-usaha ilmiah ke arah kemajuan sesungguhnya lebih daripada sekedar
perubahan justru untuk mencapai tingkatan pengembangan dan pemanfaatan
proses berpikir kritis dan koreksi diri.
Keyakinan adalah suatu sikap, suatu sudut pandang, cara berpikir kita
tentang sesuatu. Kita membentuk sikap melalui pengetahuan dan pengalaman.
Lebih jauh kita biasa mengubah sikap kita memotivasi diri kita untuk
melakukannya.
Percaya pada diri kita sendiri merupakan kunci menuju kepercayaan
diri dan berpikir yang tenang dan pikiran bekerja dengan sangat baik ketika
pikiran tersebut tenang dan percaya diri. Kurangnya kepercayaan pada
hakekatnya adalah pikiran yang negatife yang tidak membawa ke baikan.
Tidak seorangpun kecuali kita yang bisa membuat kita percaya kepada
diri kita sendiri. Orang lain bisa membantu namun diri kitalah yang satusatunya
yang bisa menghasilkan rasa percaya diri tersebut, percaya pada diri
sendiri adalah merupakan dasar dari motivasi diri yang berhasil.
Dalam kegiatan belajar mengajar akan berhasil baik, kalau siswa tekun
mengerjakn tugas, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan
secara mandiri. Siswa yang belajar dengan baik tidak akan terjebak pada suatu
yang rutinitis dan mekanis. Siswa juga harus mampu mempertahankan
pendapatnya, kalau ia sudah yakin dan dipandangnya sudah cukup rasional.
Bahkan lebih lanjut siswa harus juga peka responsif terhadap berbagai
masalah umum, dan bagimana memikirkan pemecahanya. Hal-hal itu semua
harus dipahami benar oleh guru, agar dalam berinteraksi dengan siswanya
dapat memberikan motivasi yang tepat dan optimal.
Motivasi dapat juga dikatakan serangkaian usaha untuk menyediakan
kondisi-kondisi terdalam kegiatan belajar, sehingga seseorang itu mau dan
ingin merelakan sesuatu dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha atau
mengelakkan perasaan tidak suka itu. Jadi motivasi dapat dirangsang oleh
faktor dari luar tetapi motivasi itu adalah tumbuh di dalam diri seseorang.
Dalam belajar sangat diperlukan motivasi. Hasil belajar akan optimal,
kalau ada motivasi. Makin tepat motivasi yang diberikan, maka makin
berhasil, pada pelajaran itu. Jadi motivasi akan senantiyasa menentukan
intensitas usaha belajar bagi para siswa.
Motivasi juga bisa sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi.
Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi. Adanya motivasi
yang baik dalam belajar akan menunjukan hasil yang baik. Dengan kata lain
bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya
motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang
baik. Intensitas motivasi sesorang akan sangat menentukan tingkat pencapaian
prestasi belajar.
B. Identifikasi Permasalahan
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas muncul
beberapa masalah.
Yang berkaitan dengan pembelajaran matematika yaitu sebagai berikut:
1. Keberhasilan dalam pembelajaran matematika tidak hanya ditentukan oleh
kemampuan guru untuk tercapai tujuan pembelajaran, tetapi kemampuan
dasar dan aktivitas belajar siswa juga mempengaruhi keberhasilan
pembelajaran matematika.
2. Aktivitas belajar siswa masih cenderung pasif dan kurang berani
mengajukan pertanyaan jika ada materi yang belum jelas, siswa kurang
aktif dalam mengerjakan latihan soal sendiri dan masih takut untuk
mengerjakan soal di depan kelas.
3. Dalam proses belajar mengajar guru kurang memperhatikan dalam
menggunakan metode yang sesuai pada pelajaran matematika.
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah di atas agar permasalahan yang dikaji dapat
terarah dan mendalam untuk masalah-masalah tersebut maka peneliti akan
membahas memfokuskan pada permasalahan yang berkaitan dengan sebagai
berikut:
1. Berpikir reflektif dibatasi pada peningkatan berpikir siswa dalam
menyelesaiakan soal-soal latihan, dalam membuat kesimpulan materi
pelajaran, dalam mengerjakan soal di depan kelas.
2. Motivasi siswa dibatasi pada motivasi siswa dalam bertanya, motivasi
siswa dalam mengerjakan soal-soal latihan, motivasi siswa mengerjakan
soal di depan kelas, motivasi siswa dalam mengemukakan pendapat,
motivasi menjawab pertanyaan guru.
3. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas ID SMK Muhammadiyah I
Surakarta.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
akan dilaksanakan penelitian terhadap siswa kelas ID SMK Muhammadiyah I
Surakarta tahun ajaran 2006/2007 dengan merumuskan masalah sebagai
berikut:
”Apakah tindakan guru dalam upaya pembelajaran matematika dengan
metode berpikir reflektif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa ? ”
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendiskripsikan proses
pembelajaran matematika melalui metode berpikir reflektif yang dilakukan
guru dan untuk mengetahui pembelajaran matematika siswa setelah
meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu juga untuk mengetahui
tindakan-tindakan yang dilakukan guru pada proses pembelajaran dalam
meningkatkan motivasi belajar siswa.
Secara khusus, peneliti ini bertujuan untuk : “ Meningkatkan motivasi
belajar siswa kelas ID SMK Muhammadiyah I Surakarta dengan
menggunakan metode berpikir reflektif.”
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Secara Teoritis
a. Diharapkan dapat menambah pembendaharaan ilmu pengetahuan
khususnya dalam bidang pendidikan matematika.
b. Sebagai bahan acuhan dan bahan pertimbangan bagi penelitian
selanjutnya.
c. Memberi informasi kepada guru dan calon guru matematika untuk
lebih menekankan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
2. Secara praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi penulis dalam bidang pendidikan.
b. Sebagai sumbangan informasi-informasi baik pihak-pihak yang
berkepentingan khususnya sekolah dalam upaya pembelajaran dengan
metode berpikir reflektif untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
PENGARUH PENDEKATAN OPEN-ENDED TERHADAP PRESTASIBELAJAR DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJARMATEMATIKA SISWA
ABSTRAK
Apriyanti Panca Putri, A410 020 140, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2006, 66 Halaman
Penelitian ini bertujuan untuk :1) Mengetahui pengaruh penggunaan
metode pembelajaran dengan pendekatan open ended terhadap prestasi belajar
matematika; 2) Mengetahui pengaruh keaktifan belajar siswa terhadap prestasi
belajar matematika; 3) Mengetahui interaksi antara penggunaan pendekatan open
ended dan keaktifan belajar matematika siswa terhadap prestasi belajar
matematika siswa pada pokok bahasan pecahan. Populasi dalam penelitian ini
adalah semua siswa kelas VII SMP N 3 Magelang tahun a jaran 2005/2006.
Sebagai sampel diambil dua kelas yang kemudian dijadikan kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Proses pengumpulan data menggunakan metode angket, metode tes
dan metode dokumentasi. Pengujian prasyarat analisis menggunakan uji
normalitas dan uji homogenitas. Teknis analisis data adalah teknis variansi dua
jalan.Hasil uji validitas angket menunjukkan bahwa dari 25 item pertanyaan,
diperoleh 23 item pertanyaan yang valid, yaitu nilai r hitung > dari r tabel (0,239).
Hasil uji realibititas menunjukkan nilai r sebesar 0,8746. angka r alpha > 0,6 maka
dinyatakan variabel penelitian adalah reliabel. Berdasarkan hasil penelitian ini
dengan = 5% dapat disimpulkan bahwa: 1) Ada pengaruh pendekatan open
ended terhadap prestasi belajar matematika siswa dengan nilai F = 12,586; 2) Ada
pengaruh keaktifan belajar matematika terhadap prestasi belajar matematika siswa
dengan nilai F = 47,762; 3) Ada interaksi antara pendekatan open ended dan
keaktifan belajar siswa terhadap prestasi bel ajar matematika siswa dengan nilai F
= 3,405. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika dengan
pendekatan open ended dan keaktifan belajar siswa berpengaruh terhadap prestasi
belajar matematika siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi bel ajar
matematika pada pokok bahasan pecahan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini pembangunan bidang pendidikan merupakan bagian yang
sangat penting dan tidak dapat dipisahk an dari pembangunan nasional. Hal
tersebut disebabkan pembangunan bidang pendidikan merupakan salah satu
upaya dalam meningkatkan SDM, yang menjadi salah syarat utama
mewujudkan masyarakat adil dan makmur material dan spiritual berdasar
cita-cita bangsa dan seluruh masyarakat Indonesia. Pembangunan bidang
pendidikan mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas SDM
Indonesia, yaitu manusia Indonesia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa berbudi pekerti yang luhur, mandiri, maju, cerda s, kreatif,
terampil, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Namun tidaklah berarti bahwa pendidikan harus berjalan secara
alami.Pendidikan tetap memerlukan inovasi -inovasi yang sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tanpa mengabaikan nilai -nilai
manusia, baik sebagai mahkluk sosial maupun sebagai mahkluk religius.
Pemerintah sejak pelita pertama telah berusaha melalui berbagai upaya dalam
mengatasi segala masalah pendidikan. Upaya tersebut hampir mencakup
semua komponen pendidikan seperti pembaharuan kurikulum dan proses
belajar mengajar, peningkatan kualitas guru, pengadaan buku pelajaran dan
sarana belajar lainnya, penyempurnaan system penilaian dan manajemen
pendidikan. Demikian pula halnya yang dilakukan untuk men gatasi masalah
kuantitas pendidikan seperti program kejar paket A, meningkatkan wajib
belajar, sekolah terbuka dan lain -lain. Ini berarti pemerintah menaruh
perhatian yang sunggguh-sungguh terhadap pendidikan nasional, sebab
menyadari bahwa pendidikan adal ah soko guru pembangunan.
Kualitas dan kuantitas pendidikan sampai saat ini masih tetap
merupakan suatu masalah yang paling menonjol dalam setiap usaha
pembaharuan sistem pendidikan nasional. Kedua masalah tersebut sulit
ditangani secara simultan, sebab da lam upaya meningkatkan kualitas masalah
kuantitas terabaikan,demikian pula sebaliknya. Salah satu aspek pendidikan
yang turut menentukan kualitas pendidikan adalah pendidikan matematika.
Sudah menjadi gejala umum bahwa mata pelajaran matematika kurang
disukai oleh kebanyakan siswa. Matematika merupakan mata pelajaran yang
sukar dipahami, sehingga kurang diminati oleh sebagian siswa.
Ketidaksenangan terhadap mata pelajaran matematika ini, dapat berpengaruh
terhadap keberhasilan belajar matematika siswa. Den gan demikian perbaikan
penyelenggaraan proses pembelajaran menjadi hal yang menarik untuk
ditelaah.
Dengan diberlakukan KBK disekolah baru -baru ini menuntut siswa
untuk bersikap aktif, kreatif dan inovatif dalam menghadapi setiap pelajaran
yang diajarkan. Setiap siswa harus dapat memanfaatkan ilmu dalam
lingkungan sosial masyarakat. Sikap aktif, kreatif dan inovatif terwujud
dengan menempatkan siswa sebagai subyek pendidikan. Peran guru adalah
sebagai fasilitator dan bukan sumber utama pembelajaran. Hal ter sebut bukan
berarti peran guru berkurang dalam proses belajar mengajar. Guru harus
mampu membimbing dan memberikan arahan bagi siswa dalam
pembelajaran.
Sekolah sebagai intitusi penting perlu menciptakan suasana
pembelajaran yang demokratis. Oleh karena it u proses belajar mengajar yang
demokratis perlu diterapkan untuk membentuk siswa yang aktif dan kreatif.
Dimana siswa dilibatkan dalam setiap kegiatan pembelajaran. Guru sebagai
organisator harus mampu menumbuhkan keberanian siswa dalam
mengungkapkan gagasannya.
Untuk menumbuhkan sikap aktif dan kreatif pada siswa tidaklah
mudah. Fakta yang telah terjadi adalah guru dianggap sebagai sumber belajar
yang paling benar. Proses belajar mengajar yang terjadi memposisikan siswa
sebagai pendengar ceramah guru. Akib atnya proses belajar mengajar
cenderung membosankan danmenjadikan siswa malas belajar.
Suasana proses pembelajaran matematika sampai sekarang masih
terasa kaku dan membosankan. Pembelajaran matematika seolah -olah hanya
terbatas pada penerapan rumus dan kemampuan berhitung. Setiap kali
pertemuan siswa selalu diberi ceramah dan soal -soal hitung yang sulit.
Tidaklah mengherankan jika anak kurang mengetahui manfaat belajar
matematika untuk hal yang lebih luas. Guru kurang menyajikan masalah yang
berkaitan denagn kehidupan nyata dalam belajar matematika. Siswa dianggap
mampu dalam hal berhitung tetapi untuk menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari ternyata mengalami kesulitan.
Sikap pasif siswa dalam proses pembelajaran dan sistem pembelajaran
yang monoton telah berdampak pada prestasi belajar matematika siswa.hasil
belajar mateatika siswa dirasa masih kurang. Perbandingan nilai antara siswa
berkemampuan pikir baik dengan siswa berkemampuan pikir kurang cukup
mencolok. Anak berkemampuan pikir kurang dapat menjad i hambatan bagi
peningkatan prestasi sekolah.
Banyak faktor penyebab dari munculnya permasalahan pembelajaran
matematika diatas. Faktor tersebut meliputi faktor internal dan faktor
ekternal. Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri siswa i tu
sendiri, seperti tingkat intelegensi dan kepribadian. Sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor yang muncul dari luar diri siswa, seperti faktor
lingkungan, metode mengajar dan sistem evaluasi. Metode mengajar memiliki
pengaruh besar terhadap tujuan pembelajaran.
Gambaran permasalahan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran
matematika perlu diperbaiki guna meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar
siswa. Mengingat pentingnya matematika dan krusialnya permasalahan
dalam pembelajaran matematika idealnya usaha ini dimulai dari pembenahan
proses pembelajaran yang dilakukan guru, yaitu menawarkan suatu
pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan prestasi matematika
siswa pada umumnya. Salah satu cara untuk mengatasinya yaitu pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan open -ended.
Pendekatan open–ended merupakan salah satu pendekatan dimana
siswa diminta mengembangkan metode, cara atau pendekatan yang berbeda
dalam menjawab permasalahan yang diberikan dan bukan berorientasi pada
jawab (hasil) akhir. Siswa diharapkan dengan problem open -ended tujuan
utamanya bukan untuk mendapatkan jawaban tetapi lebih menekankan cara
bagaimana sampai pada suatu jawaban. Sifat “keterbukaan” dari problem itu
dikatakan hilang apabila guru hanya mengajukan satu alter native cara dalam
menjawab permasalahan.
Dengan latar belakang masalah tersebut diatas maka peneliti terdorong
untuk meneliti tentang pengaruh pendekatan open -ended terhadap prestasi
belajar matematika siswa ditinjau dari keaktifan belajar siswa.
B. Identifikasi Masalah
Identifikasi masalah dalam penelitian ini dapat dijelaskan pada uraian
berikut:
Pada dasarnya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar mengajar
dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor eksternal dan factor internal.
Faktor eksternal berasal dari luar siswa antara lain : faktor guru, missal guru
kurang mampu menyampaikan materi sehingga siswa mengalami
miskonsepsi atau guru kurang mampu dalam menggunakan metode
pengajaran yang tepat, sarana prasarana yang tidak lengkap dan li ngkungan
social yang tidak mendukung. Sedangkan faktor internal adalah faktor yang
berasal dari dalam diri individu yang menyangkut jasmani dan rohani,
contohnya adalah tingkat intelegensi, motivasi belajar, keaktifan belajar,
minat belajar, bakat kemampuan verbal, dan kemampuan non verbal.
Sehubungan dengan hal tersebut penulis mengidentifikasikan masalah
sebagai berikut:
1. Kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan guru matematika
dalam menyampaikan pokok bahasan tertentu yang memungkinkan akan
mempengaruhi prestasi belajar.
2. Belum diketahui efektifitas pendekatan open -ended dalam pembelajaran
matematika.
3. Masih banyaknya siswa yang prestasinya rendah karena pelajaran
matematika masih dianggap momok bagi sebagian besar siswa.
4. Masih rendahnya keaktifan belajar siswa guna mencapai hasil belajar
yang maksimal.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang dibahas dan
kesalahpahaman maksud serta demi keefektifan dan keefisienan penelitian ini,
maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah :
1. Metode pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran dengan
pendekatan open-ended.
2. Keaktifan siswa yang dimaksud adalah keaktifan siswa terhadap pelajaran
yang berlangsung meliputi kegiatan diskusi, bertanya, mendengarkan,
mengerjakan soal dan mempelajari kembali catatan matematika.
3. Prestasi belajar dalam penelitian ini dibatasi dalam prestasi belajar
matematika pada sub pokok bahasan pecahan.
D. Rumusan Masalah
Sesuai dengan uraian diatas maka dapat dirumuskan sebagai berik ut :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan pembelajaran
dengan pendekatan open-ended terhadap prestasi belajar matematika?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan keaktifan belajar siswa
terhadap prestasi belajar matematika?
3. Apakah terdapat interaksi antara metode mengajar dan keaktifan belajar
siswa terhadap prestasi belajar matematika?
E. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan masalah yang menjadipusat penelitian ini, maka tujuan
yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah untuk
1. Mengetahui perbedaan yang signifikan prestasi ditinjau dari perbedaan
model pembelajaran.
2. Mengetahui perbedaan yang signifikan prestasi ditinjau dari keaktifan
belajar
3. Mengetahui perbedaan yang signifikan interaksi antara model
pembelajaran dan keaktifan terhadap pr estasi.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang di harapkan dari penelitian ini adalah
1. Bagi penulis untuk mengetahui seberapa penting minat siswa belajar
matematika yang ditingkatkan melalui pendekatan open -ended
2. Diperoleh informasi tentang kesesuaian hasil belajar matematika yang
ditingkatkan guru kepada siswa SMP melalui pembelajaran dengan
pendekatan open-ended
3. Bagi sekolah diperoleh informasi dan masukan yang terkait dengan
pengembangan belajar matematika pada siswa melalui pembelajaran
dengan pendekatan open-ended
4. Memberikan info pada guru atau calon guru tentang penggunaan
pendekatan open-ended dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
5. Sebagai tambahan pengetahuan dan wawasan bagi penulis dalam tahap
proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.
BEBERAPA KENDALA SISWA DALAM MENYELESAIKANPEMECAHAN MASALAH ( PROBLEM SOLVING )PADA POKOK BAHASAN FPB DAN KPK
ABSTRAK
Sih Yunika Purbawati, A 4100300173, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2006, 90 halaman.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kendala siswa dalam
menyelesaikan pemecahan masalah pada pokok bahasan FPB dan KPK yang
dialami oleh siswa kelas VA SD Negeri Kleco 02 tahun ajaran 2006/2007. Subjek
penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA SD Negeri Kleco 02 yang
berjumlah 35 siswa. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode
tes, metode wawancara dan metode dokumentasi. Tes di sini adalah berupa soal
cerita matematika pokok bahasan FPB dan KPK. Analisis data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah non statistik dengan presentase. Setelah melakukan
analisis terhadap data yang diperoleh maka didapat presentase tiap jenis kendala,
yakni kendala dalam memahami materi pada penggunaan konsep sebesar 37,14%
tergolong rendah, kendala dalam menganalisis soal dan mengaplikasikan rumus
sebesar 48% tergolong cukup dan kendala dalam aspek prasyarat pada komputasi
atau menghitung sebesar 45,71% tergolong cukup.
Kata kunci : pemecahan masalah, kendala siswa
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa
dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya. Manusia seutuhnya
adalah manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesejahteraan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan meningkatkan mutu
pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan
memperbaiki kurikulum pendidikan yang ada, memperbaharui proses belajar
mengajar, menganalisis hasil belajar siswa serta mengatasi permasalahan –
permasalahan yang ada dalam pendidikan.
Dalam pendidikan matematika juga banyak terdapat masalah. Masalah
umum matematika yang banyak orang awam tahu seperti rendahnya daya
saing di ajang internasional, rendahnya rata – rata NEM nasional yaitu paling
rendah dibanding pelajaran lainnya dan untuk sekolah menengah selalu di
bawah 5,0 skala 1-10 ( Zulkardi : 2005 ). Menurut laporan Third International
Mathenatics and Science Student /TIMSS ( 1999 ) yang merupakan kriteria
acuan, rendahnya daya saing murid Indonesia di ajang internasional, Indonesia
di peringkat ke 34 dari 38 negara. Hal ini menunjukkan betapa lemahnya
kemampuan penguasaan matematika di negara kita. Serta rendahnya minat
belajar matematika disebabkan matematika terasa sulit karena banyak guru
matematika mengajarkan matematika dengan materi dan metode yang tidak
menarik dimana guru menerangkan atau ‘teacher telling’ sementara murid
mencatat.
Masalah lain yaitu rendahnya kualitas buku paket karena banyak
ditulis tanpa melibatkan orang pendidikan matematika atau guru matematika,
buruknya sistem evaluasi yang hanya mengejar solusi namun mengabaikan
proses pembuatannya serta kurang tertatanya kurikulum matematika. Selain
itu proses pembelajaran matematika di sekolah masih menggunakan
pendekatan tradisional atau mekanistik, yakni seorang guru secara aktif
mengajarkan matematika kemudian memberikan contoh dan latihan, di sisi
lain siswa berfungsi seperti mesin , mereka mendengar, mencatat, dan
mengerjakan latihan yang diberikan guru. Menurut Abbas (2002) , banyak
faktor yang menjadi penyebab rendahnya hasil belajar matematika peserta
didik, salah satunya adalah ketidaktepatan penggunaan model pembelajaran
yang digunakan oleh guru di kelas. Kenyataan menunjukkan bahwa selama ini
kebanyakan guru menggunakan model pembelajaran yang bersifat
konvensional dan banyak didominasi guru.
Jenning dan Dunne (1999) mengatakan bahwa, kebanyakan siswa
mengalami kesulitan dalam mengaplikasikan matematika ke dalam situasi
kehidupan real. Hal lain yang menyebabkan sulitnya matematika bagi siswa
adalah karena pembelajaran matematika kurang bermakna. Guru dalam
pembelajarannya di kelas tidak mengaitkan dengan skema yang telah dimiliki
oleh siswa dan siswa kurang diberikan kesempatan untuk menemukan kembali
dan mengkonstruksi sendiri ide-ide matematika. Mengaitkan pengalaman
kehidupan nyata anak dengan ide-ide matematika dalam pembelajaran di kelas
penting dilakukan agar pembelajaran bermakna (Soedjadi, 2000; Price,1996;
Zamroni, 2000). Konsekwensinya bila siswa diberikan soal yang berbeda
dengan soal latihan mereka akan membuat kesalahan. Mereka tidak terbiasa
memecahkan masalah yang banyak di sekeliling mereka.
Permasalahan - permasalahan dalam pendidikan matematika dapat
diatasi dengan melakukan berbagai pendekatan. Salah satu upaya untuk
mengatasi permasalahan tersebut di atas adalah dengan melakukan pendekatan
pemecahan masalah dalam proses belajar mengajar. Lestariningsih (2004)
menyimpulkan bahwa : 1) Ada peningkatan prestasi belajar siswa yang
mengalami kesalahan belajar atau kesalahan dalam menyelesaikan soal
program linier setelah diberikan pengajaran pemecahan masalah dengan pola
latihan interaktif ; 2) Pola latihan interaktif dapat merangsang siswa untuk
aktif bertanya mengenai model matematis pokok bahasan program linier;
3) Proses belajar mengajar akan lebih bermakna apabila guru dan siswa sama
– sama aktif dalam proses pembelajaran. Sedangkan menurut Handayani
(2005) ada peningkatan kognitif siswa melalui problem solving dalam
pembelajaran matematika yaitu peningkatan keaktifan, kemandirian dan
kemampuan matematika.
Pendekatan pemecahan masalah bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepada siswa menyelidiki sendiri masalah-masalah nyata dalam
kehidupan dengan menggunakan metode ilmiah. Sedangkan pemecahan
masalah dalam matematika tidak bisa dipisahkan dari penerapan matematika
dalam berbagai situasi nyata. Dengan demikian pemecahan masalah menjadi
sangat penting dalam menumbuhkan kemampuan untuk menerapkan
matematika serta untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Setiap pendekatan pembelajaran dan selama kegiatan belajar itu
berlangsung pasti memiliki kendala, tidak sedikit siswa akan menemui
kendala dalam proses belajarnya. Kendala-kendala itulah yang dimakud
dengan problema yang menghambat proses tercapainya tujuan belajar.
Kendala atau problema yang dialami setiap siswa tidak sama, karena
setiap individu memang tidak ada yang sama. Perbedaan individual ini pulalah
yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan anak didik.
Dalam rangka memberikan bimbingan yang tepat kepada setiap siswa, maka
guru perlu memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan kendalakendala.
Pokok bahasan FPB dan KPK merupakan salah satu pokok bahasan
kelas VI SD. Pada siswa yang diajarkan materi FPB dan KPK, masih terdapat
banyak siswa yang mengalami kendala dalam menyelesaikan pemecahan
masalah. Salah satu sumber penyebab kendala tersebut adalah pada aspek
kognitif siswa. Murtadlo ( 2005 ) menyimpulkan bahwa letak kesulitan siswa
dalam belajar meliputi tiga aspek yaitu kesulitan aspek
pemahaman materi pelajaran, kesulitan aspek mengaplikasikan rumus dan
kesulitan menganalisis soal. Sedangkan Maslikhah ( 2005 ) menyimpulkan
bahwa kesalahan belajar siswa juga meliputi tiga hal yaitu kesalahan belajar
dalam menggunakan konsep, kesalahan belajar dalam aspek prasyarat dan
kesalahan belajar dalam aspek komputasi atau menghitung.
Dengan demikian kendala yang dialami siswa dalam menyelesaikan
pemecahan masalah dapat disimpulkan yaitu kendala dalam memahami materi
pelajaran pada penggunaan konsep dan prinsip, kendala dalam menganalisis
soal dan mengaplikasikan rumus serta kendala dalam aspek prasyarat pada
komputasi atau menghitung. Adapun kesulitan belajar tersebut sulit
diidentifikasi dan bersifat abstrak, sehingga akan berdampak pada kendala
siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah yang pada akhirnya akan
mempengaruhi keberhasilan pembelajaran.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas maka
identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Masih adanya siswa yang mengalami kendala dalam menyelesaikan
pemecahan masalah pada pokok bahasan FPB dan KPK.
2. Kemungkinan letak kendala atau problem antara siswa yang satu dengan
yang lain berbeda.
3. Adanya perbedaan kemampuan antara siswa yang satu dengan siswa yang
lain.
4. Kemungkinan siswa mengalami kendala dalam menyelesaikan pemecahan
masalah karena salah dalam menangkap konsep, menggunakan atau
menerapkan konsep dan kurangnya siswa menguasai bahan pelajaran
sebelumnya sebagai aspek prasyarat.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini bertujuan untuk
mempertegas lingkup yang diteliti agar pokok permasalahan terarah dan dan
dapat dikaji secara mendalam, maka masalah-masalah tersebut dibatasi
sebagai berikut:
1. Penelitian dilakukan pada siswa SD kelas V semester I.
2. Peneliti hanya akan meneliti kendala yang dialami siswa dalam
menyelesaikan pemecahan masalah pada pokok bahasan FPB dan KPK.
3. Jenis-jenis kendala yang menjadi patokan adalah sebagai berikut:
a. Jenis kendala I, yaitu kendala dalam memahami materi pelajaran pada
penggunaan konsep.
b. Jenis kendala II, yaitu kendala dalam menganalisis soal dan
mengaplikasikan rumus.
c. Jenis kendala III, yaitu kendala dalam aspek prasyarat pada komputasi/
menghitung.
D. Perumusan Masalah
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa matematika berkaitan dengan
ide dan konsep-konsep yang abstrak dan tersusun secara hierarkis. Konsep
lanjutan tidak mungkin dapat dipahami sebelum memahami konsep
sebelumnya yang menjadi persyaratan. Ini berarti belajar matematika harus
bertahap dan berurutan secara sistematis serta harus didasarkan pada
pengalaman belajar yang lain.
Konsep dalam matematika adalah abstrak, maka dalam mempelajari
matematika tidak cukup dengan membaca saja. Untuk dapat memahami
teorema, dalil, sifat maupun definisi memerlukan waktu. Setelah seseorang
mempelajari konsep-konsep matematika, perlu adanya ketrampilan ataupun
latihan-latihan dalam menggunakan konsep-konsep tersebut.
Dalam penelitian, untuk menentukan suatu kebenaran akan dihadapkan
suatu problema yang didalamnya mengandung masalah yang harus
dipecahkan seperti halnya dalam pembelajaran materi FPB dan KPK pada
kelas V semester I, akan dijumpai kendala bagi siswa dalam menerima materi
yang disampaikan oleh guru. Jadi yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dimana letak kendala siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah pada pokok bahasan FPB dan KPK dan jenis kendala
mana yang dominan yang dialami siswa?
2. Apakah ada kendala atau faktor lain yang mempengaruhi siswa
dalam menyelesaikan pemecahan masalah?
E. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian tujuan merupakan salah satu alat kontrol yang
dapat dijadikan petunjuk sehingga penelitian ini dapat berjalan seauai dengan
yang diinginkan. Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui letak kendala siswa dalam menyelesaikan pemecahan
masalah pada pokok bahasan FPB dan KPK dan jenis kendala mana yang
dominan yang dialami siswa.
2. Untuk mengetahui adakah kendala atau faktor lain yang mempengaruhi
siswa dalam menyelesaikan pemecahan masalah.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini diharapkan sasaran yang dituju dapat dicapai
secara maksimum. Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah dengan
meningkatnya kemampuan belajar aspek kognitif dapat meningkatkan prestasi
belajar siswa untuk pokok bahasan FPB dan KPK. Manfaat yang diharapkan
dan dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Hasil-hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan pada tingkatan teoritis kepada pembaca maupun guru dalam
upaya meningkatkan prestasi belajar matematika melalui pendekatan
pemecahan masalah. Selain itu penelitian ini diharapkan memberikan
dorongan bagi guru untuk seantiasa memperluas pengetahuannya dan
wawasannya mengenai model-model pembelajaran yang kreatif dan
inovatif.
Penelitian dapat dijadikan bahan masukan bahwa keberhasilan
proses belajar matematika selain ditentukan oleh metode mengajar yang
tepat juga tergantung pada kendala siswa belajar pada aspek kognitif.
Dalam penelitian ini juga diharapkan siswa mampu belajar dan
mencapai cara belajar yang baik untuk memahami materi yang diberikan
serta menerapkan konsep-konsep yang diberikan sehingga dapat
mengurangi kendala yang ada.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberi solusi yang nyata sebagai
upaya mengatasi rendahnya hasil belajar matematika melalui proses
pembelajaran dengan pemecahan masalah. Bagi siswa penelitian ini
berguna untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.
Penelitian ini dapat memberi masukan bagi guru maupun calon
guru khususnya pada bidang studi matematika untuk lebih menekankan
keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar.
G. Definisi Operasonal Istilah
Soal pemecahan masalah betujuan untuk memberikan kesempatan
kepada siswa menyelidiki sendiri masalah-masalah nyata dalam kehidupan
dengan menggunakan metode ilmiah. Dengan demikian pemecahan masalah
menjadi sangat penting dalam menumbuhkan kemampuan untuk menerapkan
matematika serta untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
Kendala yang dialami siswa dalam menerapkan pendekatan
pemecahan masalah dapat berupa aspek kognitif siswa , yaitu kendala dalam
memahami materi pelajaran pada penggunaan konsep, menganalisis soal da
mengaplikasikan rumus serta kendala dalam aspek prasyarat pada komputasi
atau menghitung. Siswa mengalami kendala dalam memahami materi
pelajaran atau memahami soal, yang meliputi memahami apa yang diketahui
dan memahami apa yang ditanyakan ketika siswa tidak mampu menangkap
informasi, konsep atau prinsip yang ada pada soal cerita kemudian
mengungkapkan atau merubahnya ke dalam bentuk matematika.
Siswa mengalami kendala dalam menganalisis soal dan
mengaplikasikan rumus atau siswa tidak dapat merencanakan strategi apabila
siswa tidak dapat menentukan rumus yang harus digunakan untuk
menyelesaikan soal yang diberikan. Siswa mengalami kendala dalam
menghitung atau komputasi atau tidak dapat melaksanakan strategi jika siswa
tidak dapat menentukan hasil akhir yang diinginkan atau siswa kurang teliti
dalam menghitung. Dengan kata lain siswa tidak dapat memeriksa kembali
kesesuaian antara soal dengan jawaban.
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKAMELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGAPADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA(PTK Pembelajaran Matematika Kelas .......
ABSTRAK
Kuncoro Budi Pramono, A. 410 030 094, Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Muhammadiyah Surakarta, 2007, 81 Halaman.
Tujuan penelitian ini adalah untuk Meningkatkan prestasi belajar siswa dalam
menyelesaikan soal matematika melalui penggunaan Alat Peraga. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif antara peneliti, guru
matematika sebagai pelaku tindakan kelas, dan kepala sekolah sebagai subjek yang
membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data. Subjek penelitian yang
dikenai tindakan adalah siswa kelas VIII F SMP Negeri 2 Sawit yang berjumlah 37
siswa. Data dikumpulkan melalui metode observasi, catatan lapangan, tes setiap
akhir siklus, dan dokumentasi. Analisis data secara deskriptif kualitatif dengan
metode alur yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran dilaksanakan dan
dikembangkan selama proses pembelajaran, alur yang dilalui meliputi reduksi data ,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa: (1) Kemandirian siswa dalam menyelesaikan soal matematika
meningkat dari 16,2 % menjadi 72,9 %. (2) Kemampuan siswa mengalami
peningkatan dari 56,8 % menjadi 91,8 %. (3) Keaktifan siwa dalam pembelajaran
mengalami peningkatan dari 0 % menjadi 1,35 %. (4) Hasil belajar siswa meningkat
dari 3,4 % menjadi 65,7 % pada akhir tindakan. Kesimpulan penelitian ini adalah
prestasi belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat ditingkatkan
melalui penerapan pembelajaran melalui penggunaan alat peraga.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam rangka mencapai tujuan nasional, pembangunan bidang
pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat penting dan
menentukan dalam pembinaan sumber daya manusia. Menurut menteri
pendidikan nasional Wardiman Djoyonegoro, pembangunan pendidikan
sedikitnya terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan agar dapat
berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM),
antara lain: (1) Sarana gedung, (2) Buku yang berkualitas, (3) guru dan
tenaga kependidikan yang profesional (E. Mulyasa, 2006:3)
Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar
sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan
dan perubahan. Marsigit menyatakan bahwa ahli-ahli kependidikan telah
menyadari bahwa mutu pendidikan sangat bergantung pada kualitas guru
dan praktek pembelajaran dalam pemecahan masalah sehingga
peningkatan kualitas pembelajaran merupakan uji mendasar bagi
peningkatan mutu pendidikan nasional (Sutama, 2000:1).
Didalam proses belajar mengajar guru dihadapkan pada keaneka
ragaman kemampuan siswa yang ada sedikit banyak akan berpengaruh
terhadap penguasaan materi pelajaran yang diajarkan guru didalam kelas.
Dengan demikian guru diharapkan dapat memilih metode yang baik dan
tepat sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif.
Guru tidak harus menggunakan satu macam metode tertentu saja dalam
menyampaikan materi secara klasikal misalnya metode ceramah
(konvensional). Selain itu setiap pokok bahasan mempunyai karakteristik
yang berbeda-beda sehingga belum tentu cocok / efektif jika diajarkan
dengan metode ceramah. Hal ini disebabkan karena pokok bahasan dalam
matematika ada yang berupa perhitungan adapula yang berupa
pembahasan geometri yang tidak mungkin mengajarkannya dengan
metode yang sama (Suwarna, 2006:105).
Geometri memiliki karakteristik ilmu yang terdiri dari serangkaian
pernyataan tentang titik, garis, bidang, proyeksi bidang (planar), dan
bangun ruang tiga dimensi. Geometri adalah sebuah subjek abstrak tetapi
mudah digambarkan dan mempunyai banyak penerapan praktis yang
nyata. Akan tetapi bagi mayoritas anak seusia siswa SMP mengalami
kesulitan dalam mempelajari konsep-konsep atau gambar yang abstrak.
Karena kemampuan berpikir mereka baru mampu untuk memahami dan
mempelajari konsep-konsep benda real atau nyata. Sehingga untuk
menjembatani problem seperti ini maka diperlukan sebuah media yang
gunanya sebagai perantara dalam menyampaikan berbagai informasi
tentang ilmu geometri agar mudah diterima dan dipahami oleh siswa (anak
didik). Dalam proses belajar mengajar media dapat berupa alat atau pun
metode. Setiap proses belajar mengajar ditandai dengan adanya beberapa
unsur antara lain: tujuan, bahan, metode dan alat. Unsur metode dan alat
merupakan unsur yang tidak bisa dilepaskan dari unsur lainnya yang
berfungsi sebagai cara atau teknik untuk mengantarkan bahan pelajaran
agar sampai kepada tujuan. Dalam pencapaian tujuan tersebut, peranan
alat peraga memegang peranan yang penting sebab dengan adanya alat
peraga ini bahan dengan mudah dipahami oleh siswa (Nana Sudjana,
2005:99)
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, Usaha agar
proses pembelajaran lebih efektif dan efisien dalam mengadakan
penelitian maka permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1. Masih rendahnya prestasi belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
2. Mengajar dengan menggunakan metode demonstrasi yang disertai
penggunaan alat peraga akan menuntut siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya permasalahan, maka perlu adanya pembatasan
masalah secara jelas. Agar penelitian ini mencapai sasaran maka
permasalahan ini difokuskan pada peningkatan prestasi belajar matematika
pada siswa yang diberi pembelajaran dengan menggunakan alat peraga
pada pokok bahasan Kubus dan Balok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan pembatasan masalah
tersebut diatas maka permasalahan secara spesifik yang dicari dalam
penelitian ini adalah adakah peningkatan prestasi belajar siswa yang dalam
proses belajarnya dengan menggunakan alat peraga pada pokok bahasan
Kubus dan Balok?
E. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah yang ada diatas, tujuan dari dilakukannya
penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa
kelas VIII SMP Negeri 2 Sawit pada pokok bahasan kubus dan balok
dengan menggunakan alat peraga.
F. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan
dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika
utamanya pada peningkatan mutu pendidikan matematika melalui
optimalisasi penggunaan alat peraga. Secara khusus penelitian ini
untuk memberikan kontribusi pada strategi pembelajaran berupa
pergeseran dari paradigma mengajar menuju ke paradigma belajar
yang mementingkan pada proses untuk mencapai hasil.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini, diharapkan juga dapat memberikan
kontribusi untuk guru matematika dan siswa kelas VIII Sekolah
Menengah Pertama (SMP). Bagi guru matematika dapat dijadikan
masukkan bahwa penggunaan alat peraga dapat dijadikan alternatif
media dalam pembelajaran bangun datar. Bagi siswa proses
pembelajaran ini dapat meningkatkan penguasaan konsep,
pemahaman materi dan kemampuan matematikanya.
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN KREATIVITAS SISWA DALAMBELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN HEURISTIK(PTK Pembelajaran Matematika di Kelas .....
ABSTRAK
Dian Pramesti (A410030017), Jurusan Pendidikan Matematika,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2007, 99 halaman
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar
matematika melalui pendekatan heuristik sampai 75%, meningkatkan kreativitas
siswa dalam belajar matematika melalui pendekatan heuristik sampai 75% dan
meningkatkan daya serap kelas VII B SMP Islam Al Hadi sampai 75%. Jenis
penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), subyek yang menerima
tindakan siswa kelas VII B semester gasal tahun 2006/2007 SMP Islam Al Hadi
yang berjumlah 41 siswa. Data dikumpulkan melalui observasi, catatan lapangan,
dan review. Keabsahan data diperiksa dengan triangulasi penyelidik. Data
dianalisis secara deskriptif kualitatif model alur yaitu reduksi data, penyajian
data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini, adalah 1) aktivitas bertanya
meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 29,27%, pada putaran I 43,90%,
putaran II 58,54%, putaran III 68,29%, putaran IV 80,48%. Aktivitas menjawab
pertanyaan guru meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 24,39%, pada
putaran I 41,46%, putaran II 56,10%, putaran III 65,85%, putaran IV 78,05%.
Aktivitas mengerjakan soal-soal latihan di depan kelas meningkat, yaitu sebelum
adanya penelitian 29,27%, pada putaran I 46,34%, putaran II 60,98%, putaran III
70,73%, putaran IV 82,93%, 2) kreativitas siswa dalam mengeluarkan
ide/pendapat/gagasan meningkat, yaitu sebelum adanya penelitian 24,39%, pada
putaran I 39,02%, putaran II 53,66%, putaran III 63,41%, putaran IV 75,61%,
3) daya serap kelas VII B meningkat, yaitu sebelum adanya tindakan, siswa yang
memperoleh nilai ≥ 75 sebesar 21,95%, pada putaran I 36,58%, putaran II
46,34%, putaran III 60,97%, putaran IV 80,48%.
Kata Kunci: Aktivitas, Kreativitas, Heuristik.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Selama ini matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit oleh
sebagian besar siswa. Anggapan demikian tidak lepas dari persepsi yang
berkembang dalam masyarakat tentang matematika sebagai pelajaran yang
sulit. Persepsi negatif itu ikut dibentuk oleh anggapan bahwa matematika
merupakan ilmu yang kering, abstrak, teoritis, penuh dengan lambanglambang
dan rumus-rumus yang sulit dan membingungkan, yang muncul atas
pengalaman kurang menyenangkan ketika belajar matematika di sekolah. Di
samping hal tersebut kita masih dapat bersyukur karena ada juga siswa yang
sangat menikmati keasyikan bermain dengan matematika, menggunakan
keindahan kaidah-kaidah matematika dan keteraturannya sehingga mereka
merasa tertantang untuk memecahkan berbagai bentuk soal matematika.
Kedua persepsi itu pasti ada dalam setiap jenjang pendidikan baik di tingkat
pendidikan dasar sampai jenjang pendidikan tinggi.
Banyak hal yang dapat dikaji untuk mengungkap masalah tersebut di
atas, mungkin strategi pembelajaraannya menyajikan aturan-aturan yang dapat
membuat siswa cepat bosan ketika proses belajar-mengajar berlangsung.
Masalah lainnya mungkin karena keterbatasan sarana belajar, misalnya buku
paket untuk siswa kurang memadai sehingga siswa hanya mendapatkan
sumber materi dari apa yang diberikan oleh gurunya di sekolah. Berbagai
upaya telah ditempuh guna meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia,
antara lain perbaikan kurikulum, penyediaan alat peraga, dan perubahan
metode pembelajaran.
Kita menyadari bahwa pelajaran matematika cenderung dipandang
sebagai mata pelajaran yang “kurang diminati” atau “kalau bisa dihindari”
oleh sebagian besar siswa. Mereka seharusnya menyadari bahwa aturanaturan
yang ada dalam matematika memberikan acuan untuk dapat berfikir
logis, rasional, kritis, cermat, efisien dan efektif. Kemampuan tersebut sangat
dibutuhkan guna menyongsong era persaingan bebas. Oleh karena itu
kreativitas seorang guru dalam mengajar matematika menjadi faktor penting
agar matematika menjadi mata pelajaran yang menyenangkan dan menarik di
dalam kelas. Kreativitas bukanlah suatu bakat, tetapi bisa dipelajari dan harus
dilatih. Hal yang harus dilakukan seorang guru antara lain dengan menerapkan
metode yang sesuai dan berusaha menambah pengetahuan tentang materi
matematika itu sendiri.
Sebagian besar guru menerapkan pembelajaran konvensional. Pada
prosesnya guru menerangkan materi dengan metode ceramah, siswa
mendengarkan kemudian mencatat hal yang dianggap penting. Sumber utama
pada proses ini adalah penjelasan guru. Siswa hanya pasif mendengarkan
uraian materi, menerima dan “menelan” begitu saja ilmu atau informasi dari
guru. Hal ini tentu berakibat informasi yang didapat kurang begitu melekat
dan membekas pada diri siswa. Dengan langkah ini juga siswa cepat merasa
bosan, jika perasaan ini terus bertambah tentu akan berdampak buruk bagi
siswa misalnya minat siswa untuk belajar matematika akan turun, dampak
selanjutnya prestasi siswa akan turun.
Telah dikemukakan di atas bahwa matematika merupakan mata
pelajaran yang kurang diminati siswa. Maka dengan metodenya guru harus
berusaha menumbuhkan minat atau “rasa cinta” matematika pada siswa.
Pikiran siswa sebaiknya diarahkan untuk dapat terjun dalam matematika
dengan cara melibatkan secara langsung dalam pembelajaran. Sebagai salah
satu pemecahan dalam masalah ini dipilih pendekatan heuristik (penemuan).
Diharapkan dengan strategi ini siswa akan lebih aktif terlibat dalam proses
pembelajaran, sehingga siswa lebih memahami materi matematika yang
dipelajari.
Proses belajar-mengajar yang berlangsung di kelas sebaiknya sudah
melibatkan aktivitas siswa dalam belajar. Para siswa dituntut aktivitasnya
untuk mendengarkan, memperhatikan, dan mencerna pelajaran yang diberikan
guru. Di samping itu juga sangat dimungkinkan para siswa aktif bertanya pada
guru hal-hal yang belum jelas. Tidak jarang guru memberikan pertanyaanpertanyaan
sehingga menuntut aktivitas siswa untuk menjawabnya.
Setiap siswa mempunyai kreativitas yang berbeda–beda. Kreativitas
merupakan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru yang
belum ada sebelumnya. Siswa dengan daya kreativitas yang tinggi akan
mampu belajar dengan baik karena mereka selalu mempunyai ide-ide kreatif
yang dapat meningkatkan motivasinya untuk belajar. Mereka juga akan selalu
berusaha menemukan sesuatu yang baru dalam hidupnya.
Guru di sekolah mempunyai tanggung jawab untuk merangsang dan
meningkatkan daya pikir, sikap dan perilaku yang kreatif bagi siswa dengan
mengusahakan iklim atau suasana di dalam kelas yang menggugah aktivitas
dan kreativitas yaitu dengan menggunakan pendekatan heuristik.
Bertolak dari latar belakang masalah yang diungkapkan di atas,
penulis terdorong untuk mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan
Aktivitas dan Kreativitas Siswa Dalam Belajar Matematika Melalui
Pendekatan Heuristik (PTK Pembelajaran di Kelas VII B SMP Islam Al
Hadi).
B. Perumusan Masalah
Penelitian tindakan kelas ini difokuskan pada peningkatan aktivitas
dan kreativitas siswa dalam belajar matematika. Berdasarkan latar belakang
masalah dan fokus penelitian di atas maka dapat dirumuskan permasalahan
penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Apakah tindakan guru dalam pembelajaran matematika melalui
pendekatan heuristik dapat meningkatkan aktivitas siswa sampai 75%?
2. Apakah tindakan guru dalam pembelajaran matematika melalui
pendekatan heuristik dapat meningkatkan kreativitas siswa sampai 75%?
3. Apakah daya serap kelas VII B SMP Islam Al Hadi dapat meningkat
sampai 75%?
C. Tujuan Penelitian
Sejalan dengan permasalahan di atas, maka garis besar penelitian ini
bertujuan untuk:
1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam belajar matematika melalui
pendekatan heuristik sampai 75%.
2. Meningkatkan kreativitas siswa dalam belajar matematika melalui
pendekatan heuristik sampai 75%.
3. Meningkatkan daya serap kelas VII B SMP Islam Al Hadi sampai 75%.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan kepada pembelajaran matematika, utamanya pada peningkatan
aktivitas dan kreativitas belajar matematika melalui pendekatan heuristic.
2. Manfaat Praktis
Adapun manfaat praktis dalam penelitian ini, antara lain sebagai
berikut:
a. Bagi siswa
1) Dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar siswa.
2) Meningkatkan perhatian, tanggung jawab, dan keaktifan siswa
dalam proses belajar-mengajar.
b. Bagi Sekolah
1) Sebagai informasi bagi semua tenaga pengajar mengenai metode
mengajar menggunakan pendekatan heuristik.
2) Sebagai usaha dalam meningkatkan kualitas pembelajaran
matematika.
c. Bagi Peneliti
1) Untuk mengetahui efektifitas metode mengajar menggunakan
pendekatan heuristik.
2) Untuk mendapatkan gambaran tentang aktivitas dan kreativitas
siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan
heuristik.
d. Bagi Lembaga
Penelitian ini diharapkan akan menambah pembendaharaan
ilmu pengetahuan sebagai sumber bacaan di perpustakaan UMS.
E. Definisi Operasional Istilah
1. Meningkatkan
Meningkatkan adalah usaha untuk menjadikan lebih baik sesuai
dengan kondisi-kondisi yang dapat diciptakan atau diusahakan melalui
pelaksanaan belajar-mengajar di kelas, khususnya pada pelajaran
matematika guna meningkatkan aktivitas dan kreativitas siswa kelas VII B
dalam belajar matematika.
2. Aktivitas Belajar Matematika
Aktivitas belajar matematika adalah keaktifan, kegiatan, kesibukan
siswa dalam belajar matematika. Dalam proses belajar sangat diperlukan
adanya aktivitas, tanpa aktivitas belajar itu tidak mungkin berlangsung
dengan baik.
3. Kreativitas Belajar Matematika
Kreativitas belajar matematika adalah kemampuan siswa untuk
memberikan gagasan- gagasan baru dan menerapkannya dalam pemecahan
masalah dalam belajar matematika.
4. Pendekatan Heuristik
Pendekatan heuristik adalah pendekatan pengajaran yang
menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan
menggunakan data tersebut.
PENGARUH KREATIVITAS DAN INTENSITAS BELAJAR MATEMATIKA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA (Siswa Kelas I SMP .....
ABSTRAK
Nuryanti, NIM: A.410 020 157,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) pengaruh kreativitas
terhadap kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran matematika, (2)
pengaruh intensitas belajar matematika terhadap kemampuan kognitif siswa dalam
mata pelajaran matematika, (3) pengaruh kreativitas dan intensitas belajar
matematika terhadap kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran
matematika. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMP
Negeri I Ampel Kabupaten Boyolali tahun Ajaran 2006/2007 yang terdiri dari 6
kelas dengan jumlah 240 siswa. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 36 siswa
dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket, tes dan dokumentasi. Teknik
analisis data yang digunakan adalah regresi linier yang sebelumnya dilakukan uji
normalitas dan linieritas. Berdasarkan hasil penelitian ini dengan taraf signifikansi
5% dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat pengaruh kreativitas terhadap
kemampuan kognitif siswa dengan nilai rhitung = 0,343 > rtabel = 0,221, (2) terdapat,
pengaruh intensitas belajar matematika terhadap kemampuan kognitif siswa
dengan nilai rhitung = 0,339 > rtabel = 0,221 (3) terdapat pengaruh kreativitas dan
intensitas belajar matematika terhadap kemampuan kognitif siswa dengan nilai
Fhitung= 25,217. Kontribusi efektif kreativitas belajar terhadap kemampuan
kognitif siswa sebesar 40,50% dan intensitas belajar siswa sebesar 36,31%.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kreativitas dan intensitas belajar matematika
berpengaruh positif terhadap kemampuan kognitif siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut
sumber daya yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga
merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana
untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan yang
berkualitas. Sebagai penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas
sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program
pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan
kepentingan yang mengacu pada kemajuan IPTEK.
Salah satu sarana belajar adalah melalui pendidikan formal di sekolah.
Dengan adanya sarana belajar di sekolah, individu diharapkan dapat mencapai
tingkat perkembangan yang optimal. Didalam belajar harus mencerminkan
suatu perubahan dalam pengetahuannya, daya pikir serta tingkah laku suatu
individu (siswa).
Pelajaran matematika seringkali dianggap sebagai suatu hal yang
menakutkan dan kurang menarik. Banyak siswa mengalami kesulitan dalam
mempelajari matematika, terutama pada saat memecahkan soal-soal yang
berhubungan dengan matematika. Namun hal ini dapat dimaklumi karena
matematika merupakan ilmu yang membutuhkan daya pikir (penalaran) tinggi,
dan berkesinambungan, misalnya, dalam mempelajari suatu konsep itu. Hal ini
menunjukkan pengetahuannya dalam situasi yang baru sangat berperan dalam
mempelajari matematika.
Salah satu sumber penyebab kesulitan belajar yang lain adalah bersifat
kognitif seperti kesulitan dalam aspek bahasa atau menangkap konsep,
kesulitan dalam aspek terapan atau menghitung, dan kesulitan dalam aspek
prasyarat. Adapun kesulitan belajar tersebut sulit diindentifikasi dan bersifat
abstrak, sehingga akan berdampak pada kesalahan belajar yang pada akhirnya
akan mempengaruhi keberhasilan pengajaran.
Kemampuan kognitif siswa merupakan kesanggupan siswa untuk
dapat mengerjakan soal-soal matematika yang bertujuan pada keenam aspek
kognitif. Bloom membagi keenam aspek kognitif tersebut yaitu pengetahuan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi (Nana Sudjana,
2000:43).
Kreativitas sebagai salah satu faktor intern yang berpengaruh pada
pencapaian hasil belajar yang optimal. Hasrat dan motivasi yang kuat akan
mendorong siswa untuk berkreasi baik dalam belajar maupun dalam
memecahkan suatu soal matematika.
Setiap siswa mempunyai kreativitas yang berbeda-beda. Kreativitas
merupakan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu yang baru yang
belum ada sebelumnya. Siswa dengan daya kreativitas yang tinggi akan
mampu belajar dengan baik karena ia selalu mempunyai ide-ide kreatif yang
dapat meningkatkan motivasinya untuk belajar. Ia juga akan selalu berusaha
menemukan sesuatu yang baru dalam hidupnya. Guru di sekolah mempunyai
tanggung jawab untuk merangsang dan meningkatkan daya pikir, sikap dan
perilaku yang kreatif bagi siswa dengan mengusahakan iklim atau suasana di
dalam kelas yang menggugah kreativitas.
Menumbuhkan kreativitas belajar anak tidak hanya dilakukan saat
kegiatan belajar mengajar di sekolah melainkan dapat juga dilakukan saat
belajar di rumah. Pengembangan kreativitas dalam belajar tumbuh dari
kemampuan dalam diri individu atau bakat
yang dimiliki seseorang dan
dorongan orang tua yang membantu anak saat belajar di rumah. Proses yang
termasuk dalam kreativitas adalah pemecahan masalah dan membuat sebuah
ide sehingga dapat mengembangkan daya fikir anak dalam memecahkan suatu
masalah.
Di samping kreativitas, aspek lain yang harus diperhatikan adalah
intensitas belajar siswa. Dimana dalam proses belajar memerlukan suatu
perulangan. Dalam perulangan tersebut mengenai materi pelajaran yang telah
diberikan di sekolah sehingga dengan belajar berulang-ulang akan terbiasa
dalam menyelesaikan khususnya dalam pelajaran matematika. Hal ini
mengingat bahwa didalam mengerjakan soal matematika memerlukan
ketrampilan berhitung yang hanya dapat diperoleh dengan latihan secara
kontinu.
Prestasi belajar pada hakekatnya merupakan pencerminan dari usaha
belajar, pada umumnya semakin baik usaha belajar semakin baik pula prestasi
belajar yang dicapai. Pada dasarnya keberhasilan belajar ditentukan oleh dua
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Salah satu contoh
keberhasilan belajar siswa itu adalah intensitas belajar siswa. Dalam
pembelajaran matematika, anak yang memiliki intensitas tinggi terhadap
materi pelajaran matematika menunjukkan adanya pemahaman dalam
matematika sehingga prestasinya akan meningkat. Selain itu keberadaan orang
tua sebagai pendidik utama dengan segenap dukungan yang diberikan kepada
anak dalam rangka proses belajarnya.
Bertolak dari uraian di atas maka perlu kiranya suatu penelitian yang
berkaitan dengan permasalahan di atas. Penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Pengaruh Kreativitas dan Intensitas Belajar
Matematika Terhadap Kemampuan Kognitif Siswa Dalam Mata Pelajaran
Matematika Siswa Kelas I SMP Negeri I Ampel Kabupaten Boyolali”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang di atas.Peneliti mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam peneliian ini yang meliputi :
1. Kemampuan kognitif yang dimiliki siswa berbeda-beda tergantung pada
kemampuan untuk melakukan pengaturan kegiatan kognitif dalam belajar.
Bagaimana siswa menggali ingatannya dan menggunakan pengetahuan
yang dimiliki, khususnya dalam memecahkan soal-soal matematika. Perlu
disadari bahwasannya pembelajaran matematika akan berhasil tidak hanya
ditentukan oleh kemampuan guru serta tercapainya tujuan pembelajaran
melainkan kemampuan kognitif siswa juga mempengaruhi keberhasilan
matematika.
2. Kreativitas akan membantu memperluas daya pikr siswa dalam belajar
matematika. Kemungkinan terdapat pengaruh kreativitas belajar siswa
yang menyebabkan perbedaan kemampuan kognitif yang dimiliki siswa.
3. Intensitas belajar matematika dapat meningkat apabila dalam memahami
atau belajar matematika dilakukan secara berulang-ulang tidak hanya satu
kali baca., jika dibaca sekali saja maka akan mudah lupa dan belum tentu
paham secara keseluruhan.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini dapat terarah dan tidak meluas jangkauannya maka
diperlukan pembtasan masalah, yaiti :
1. Penelitian ini dilakukan pada semua siswa kelas I SMP N I Ampel.
2. Kemampuan kognitif siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan siswa
dalam mengerjakan soal matematika pada pokok bahasan pecahan. Aspek
kognitif yang diteliti meliputi kemampuan siswa dalam pengetahuan,
pemahaman dan penerapan. Dalam penelitian ini ada tiga aspek yang tidak
diteliti yaitu analisis, sintesis dan evaluasi.
3. Kreativitas adalah kemampuan siswa untuk menghasilkan sesuatu yang
baru dan berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Disini yang
diteliti adalah kreativitas dalam mengerjakan soal matematika pokok
bahasan pecahan.
4. Intensitas belajar meliputi frekuensi belajar siswa di lingkungan sekolah
dan di luar lingkungan sekolah.
D. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh yang signifikan kreativitas terhadap kemampuan
kognitif siswa dalam mata pelajaran matematika pokok bahasan pecahan?
2.Adakah pengaruh yang signifikan intensitas belajar matematika terhadap
kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran matematika pokok
bahasan pecahan?
3. Adakah pengaruh yang signifikan kreativitas dan intensitas belajar
matematika terhadap kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran
matematika pokok bahasan pecahan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan kreativitas terhadap
kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran matematika pokok
bahasan pecahan.
2. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan intensitas belajar matematika
terhadap kemampuan kognitif siswa dalam mata pelajaran matematika
pokok bahasan pecahan.
3. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan kreativitas dan intensitas
belajar matematika terhadap kemampuan kognitif siswa dalam mata
pelajaran matematika pokok bahasan pecahan.
F. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi dunia
pendidikan, yaitu :
1. Mampu memberi masukan bagi guru pada umumnya dan guru matematika
pada khususnya tentang pengaruh kreativitas dan intensitas belajar
matematika terhadap kemampuan kognitif siswa guna menunjang prestasi
belajar matematika siswa.
2. Mampu memberikan kontribusi pada peningkatan mutu pendidikan.
3. Sebagai media untuk belajar, berlatih dan mencoba melakukan
penganalisaan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dalam dunia pendidikan.
PENGARUH PERHATIAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA (Pada Siswa Kelas I SMA Negeri 2 Sukoharjo Tahun 2006/2007)
ABSTRAK
Anita Nurhayati, A.410 030 050,
Penulisan skripsi ini bertujuan (1) untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
perhatian orang tua terhadap prestasi belajar matematika (2) untuk mengetahui
ada tidaknya pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar matematika (3)
untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh antara perhatian orang tua dan
lingkungan belajar terhadap prestasi belajar matematika. Penelitian ini
menggunakan rancangan diskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah
semua siswa kelas 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo Semester 1 Tahun Ajar 2006/2007
sebanyak 240 siswa, sedangkan sempel penelitian sebanyak 80 siswa diambil
dengan teknik random sampling terhadap kelas. Pengumpulan data dilakukan
dengan: (1) metode angket digunakan untuk menggumpulkan data yang berupa
skor angket perhatian orang tua dan lingkungan belajar (2) metode dokumentasi
digunakan untuk mengetahui daftar nama siswa dan nilai tes semester 1 untuk
prestasi belajar. Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan regresi
linier. Sebelum data dianalisis, dilakukan uji prasyarat analisis yang meliputi uji
normalitas, uji linieritas, uji keberartian dan uji independensi, setelah uji prasarat
analisis dipenuhi, dilakukan pengujian hipotesis dengan uji t dan uji F. Dari hasil
pengujian hipotesis dengan α =5% menunjukkan (1) terdapat pengaruh perhatian
orang tua terhadap prestasi belajar matematika dengan thitung= 2,456 (2) terdapat
pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar matematika dengan thitung =
3,740 (3) terdapat pengaruh perhatian orang tua dan lingkungan belajar
matematika dengan thitung= 9,639 (4) didapat R=0,3426 artinya pengaruh perhatian
orang tua dan lingkungan belajar sebesar 34,26% sisanya dipengaruhi oleh faktor
luar.
BAB I
PENDAHULAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia. Karena keberhasilan dunia pendidikan sebagai faktor
penentu tercapainya tujuan pembagunan nasional di bidang pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut diperlukan sebagai bekal dalam
rangka menyongsong datangnya era global dan pasar bebas yang penuh
dengan persaingan. Untuk mecapai keberhasilan dalam dunia pendidikan,
maka keterpaduan antara kegiatan guru dengan kegiatan siswa sangat
diperlukan. Oleh karena itu, guru diharapkan mampu mengatur, mengarahkan
dan menciptakan suasana yang mampu mendorong motivasi siswa untuk
belajar. Karena guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan
dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan.
Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki
peranan penting dalam dunia pendidikan, karena dapat dilihat dari waktu jam
pelajaran di sekolah yang lebih banyak dibandingkan pelajaran yang lainnya.
Mengingat pentingnya ilmu matematika maka diperlukan penguasaan konsep
dasar matematika yang lebih baik. Tingkat kesulitan pelajaran matematika
mempengaruhi kecakapan dalam mempelajarinya. Pada umumnya masih
banyak siswa yang beranggapan bahwa pelajaran matematika itu sangat sulit,
menakutkan dan hanya orang-orang tertentu saja yang dapat mempelajarinya.
Sehingga siswa yang takut pada pelajaran matematika menjadi anti pada
pelajaran matematika.
Perhatian orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak
dalam proses belajar, karena mengingat pentingnya perhatian orang tua maka
dalam mengasuh dan memperhatikan anak, perlu sekali mengikuti
perkembangan anak. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolaan keluarga dapat
memberi dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar anak. Perhatian
orang tua sebagai faktor pendukung siswa dalam belajar baik di sekolah
maupun di rumah, dimungkinkan akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
Contoh kebiasan yang diterapkan orang tua siswa dalam mengelola keluarga
yang keliru, dapat menimbulkan dampak buruk bagi anak. Dalam hal ini
bukan saja anak tidak mau belajar melainkan ia cenderung berprilaku
menyimpang.
Apabila perhatian orang tua kurang, maka akan berpengaruh tidak baik
bagi anak itu sendiri. Misalnya orang tua yang tidak memperhatikan
pendidikan anak, kurang memperhatikan fasilitas belajar anak serta tidak mau
tahu tentang berbagai kesulitan yang dihadapi anak saat belajar, serta
akademis yang berpengarauh pada pencapaian prestasi anak. Hal ini terjadi
karena anak merasa kurang diperhatikan orang tua yang berakibat
melemahnya semangat belajar anak tersebut. Sebaiknya orang tua yang benar-
banar sangat menperhatikan pendidikan anak, mereka selalu berusaha
mengarahkan, membantu memecahkan kesulitan anak saat belajar, mengatur
waktu belajar, mendorong anak semangat belajar dan menyediakan sarana dan
prasarana.
Lingkungan belajar juga berpengaruh terhadap keberhasilan anak
dalam belajar. Terutama sekolah yang merupakan lingkungan pendidikan
formal yang mempunyai peran penting dalam upaya mencerdaskan dan
membimbing moral prilaku anak. Di sekolah ini guru merupakan tangan
pertama yang langsung berhubungan dengan siswa melalui proses belajar
mengajar di samping didukung oleh seluruh personal sekolah dan antara guru
dan siswa harus terjalin hubungan yang akrab serta tahu penyebab-penyebab
anak itu tidak semangat mengikuti pelajaran. Mungkin dengan mencari
metode pembelajaran yang berbeda-beda sehinga anak tidak merasa jenuh di
dalam mengikuti pelajaran.
Selain itu keberhasilan belajar di sekolah juga dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang mendukung yaitu sarana dan prasarana, kondisi
fisiologis, kondisi pesikologis sebab pendidikan tanpa faktor tersebut tidak
akan berjalan dengan lancar. Misalnya: sarana itu merupakan hal yang mesti
ada dan merupakan hal yang memperlancar dan mempermudah dalam proses
belajar mengajar, lokasi sekolah sebaiknya dibangun di daerah yang jauh dari
tempat keramaianan untuk mengantisipasi kebisingan dan supaya anak dapat
berkonsentrasi penuh, kondisi fisiologis ini sebaiknya selalu diperhatikan
setiap waktu sebab dapat menghambat sekali kegiatan belajar, kondisi
psikologis siswa ini antara siswa yang satu berbeda dengan yang satunya
maka dari itu peran guru dan orang tua sangat penting untuk mendorong anak
menjadi semangat belajar, mungkin dengan faktor-faktor tersebut dicukupi,
diperhatikan dan diberi dorongan kepala siswa prestasi belajar akan tercapai
optimal apalagi dukungan oleh perhatian orang tua dalam perkembangan anak
dan didukung oleh lingkungan belajar yang memadai.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin mengkaji lebih dalam
dengan mengambil judul “Pengaruh Perhatian Orang Tua dan Lingkungan
Belajar terhadap Prestasi Belajar Matematika”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukaan terdapat
beberapa masalah dalam penelitian ini. Adapun identifikasi masalah tersebut
sebagai berikut:
1. Masih terdapat orang tua yang belum memberikan perhatian yang cukup
kepada anaknya baik mengenai perkembangan belajar anak di sekolah
maupun pergaulan anak di dalam keluarga dan masyarakat. Ada orang tua
yang sudah memberikan perhatian kepada anak yang cukup, namun
prestasi belajar anak di sekolah mesih rendah.
2. Lingkungan belajar terutama sekolah sebagai lingkungan pendidikan
formal mempunyai peranan penting dalam upaya mencerdaskan dan
membimbing moral prilaku anak, maka secara rinci dijelaskan faktor-
faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah antara lain: sarana dan
prasarana, lokasi sekolah, kondisi fisiologis, dan kondisi psikologis.
3. Pencapaian prestasi belajar yang maksimal dipengaruhi beberapa faktor
yang terdapat dalam diri siswa adalah kesiapan, minat, intelegensi dan
motivasi.sedangkan faktor dari luar siswa adalah lingkungan sekolah,
lingkungan keluarga, materi pelajaran sarana penunjang belajar dan
perhatian orang tua
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah dan dapat dikaji lebih mendalam maka
diperlukan pembatasan masalah.Dalam penelitian ini pembatasan masalah
adalah:
1. Perhatian orang tua dibatasi pada membantu anak saat belajar yang
indikatornya meliputi: membantu memecahkan kesulitan anak saat belajar,
mengatur waktu belajar, memotivasi semangat belajar pada anak,
melengkapi dan menyediakan sarana dan prasarana belajar.
2. Lingkungan belajar dibatasi pada lingkungan sekolah yang indikatornya
meliputi: sarana dan fasilitas, lokasi sekolah, kondisi fisiologi dan kondisi
psikologis.
3. Prestasi belajar matematika dibatasi pada nilai dan hasil tes matematika.
D. Perumusan Masalah
Berdasar uraian diatas, maka permasalahan yang terkait dengan
penelitian ini dapat disajikan dalam pentuk pernyataan. Permasalahan dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh perhatian orang tua terhadap prestasi belajar
matematika?
2. Apakah ada pengaruh lingkungan belajar terhadap prestasi belajar
matematika?
3. Apakah ada pengaruh antara perhatiaan orang tua dan lingkungan belajar
terhadap prestasi belajar matematika?
E. Tujuan Penelitian
Dalam melakukan suatu aktivitas manusia pasti mempuyai tujuan, hal
ini dimaksudkan supaya aktivitasnya dapat terlaksana dengan baik, tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perhatian orang tua
terhadap prestasi belajar matematika.
2. Untuk mengetahuai ada atau tidaknya pengaruh lingkungan belajar
terhadap prestasi belajar matematika.
3. Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh interaksi antara perhatian
orang tua dan lingkungan belajar terhadap prestasi belajar matematika.
F. Manfaat Penelitian
Setiap orang berharap apa yang dilakukan bisa bermanfaat bagi dirinya
sendiri dan juga orang lain. Dalam penelitian ini ada beberapa manfaat yang
diharapkan antara lain adalah:
1. Dilihat dari segi teoritis
Secara umum penelitian ini memberi sumbagan kepada dunia
pendidikan dalam pengajaran matematika. Pada layanan peningkatan
prestasi belajar matematika pada siswa kelas 1 SMA Negeri 2 Sukoharjo.
Telah diakui bahwa prestasi belajar matematika dapat dijadikan pendorong
bagi peserta didik dalam menigkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi
serta berperan sebagai umpan balik dalam penigkatan mutu pandidikan.
2. Dilihat dari segi praktis
Hasil dari penelitian ini dapat bermanfaat dari segi praktis antara lain:
a. Memberikan informasi kepada orang tua bahwa dengan memberikan
perhatian kepada anaknya berarti membantu menigkatkan prestasi
belajar matematika.
b. Memberi masukan bagi guru dan sekolah bahwa lingkungan belajar
disekolah sangat mempengaruhi prestasi belajar matematika.
c. Menambah wawasan dan pengetahaan bagi penulis sebagai calon
pendidik dan orang tua.
d. Memberi gambaran kepada peneliti selajutnya yang ada hubunganya
dengan permasalahan di dalam penelitian ini.
MENINGKATAN KEMAMPUANAN VERBAL SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA MELALUI PROBLEM POSING....
ABSTRAK
Atik Budi Ningsih, A. 410 030 077,
Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) Mengetahui langkah-langkah
pembelajaran melalui problem posing , 2) Meningkatkan kemampuan verbal siswa
dalam menyelesaikan soal matematika melalui problem posing. Penelitian ini
merupakan penelitian tindakan kelas bersifat kolaboratif antara peneliti, guru
matematika sebagai pelaku tindakan kelas, dan kepala sekolah sebagai subjek
yang membantu dalam perencanaan dan pengumpulan data. Subjek penelitian
yang dikenai tindakan adalah siswa kelas VIII C SMP Negeri 1 Wonosari yang
berjumlah 38 siswa. Data dikumpulkan melalui metode observasi, catatan
lapangan, tes setiap akhir siklus, dan dokumentasi. Analisis data secara deskriptif
kualitatif dengan metode alur yaitu data dianalisis sejak tindakan pembelajaran
dilaksanakan dan dikembangkan selama proses pembelajaran, alur yang dilalui
meliputi reduksi data , penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) kemampuan verbal siswa dalam
memahami soal meningkat dari 5,5 % menjadi 89,2 % pada akhir siklus, (2)
kemampuan verbal siswa dalam mengajukan soal meningkat dari 0 % menjadi
72,9%, (3) kemampuan verbal siswa dalam mengerjakan soal meningkat dari 13,8
% menjadi 85,7% dan (4) hasil belajar siswa meningkat dari 13,8 % menjadi 54,9
% pada akhir tindakan. Kesimpulan penelitian ini adalah kemampuan verbal siswa
dalam menyelesaikan soal-soal matematika dapat ditingkatkan melalui penerapan
pendekatan problem posing.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat dewasa ini
memberi pengaruh yang besar terhadap kemajuan diberbagai kehidupan
manusia, termasuk dalam bidang pendidikan. Berkat perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka manusia senantiasa berubah dan
berkembang daya pikirnya. Seiring dengan perkembangan jaman perlu
adanya peningkatan dalam segala bidang khususnya dalam bidang
pendidikan.
Matematika sebagai salah satu ilmu dasar dewasa ini telah berkembang
pesat, baik materi maupun kegunaannya. Dengan demikian maka setiap
upaya penyusunan kembali atau penyempurnaan kurikulum matematika,
sekolah perlu selalu mempertimbangkan perkembangan
-perkembangan
tersebut dan pengalaman masa lalu serta kemungkinan masa depan.
Banyak masyarakat berasumsi bahwa untuk belajar matematika dengan baik,harus
banyak berlatih dan membiasakan memecahkan atau menyelesaikan soal matematika. Dilain pihak, banyak siswa yang malas belajar dan berlatih memecahkan atau menyelesaikan soal soal matematika
jika tidak mendapat tugas dari gurunya. Selain itu juga banyak siswa yang
tidak memiliki kesiapan ketika akan mengikuti pelajaran matematika. Mereka
tidak mengerti materi apa yang akan mereka pelajari dan gambaran tentang
materi tersebut. Sebagian besar siswa tidak mau membaca terlebih dahulu
materi yang akan diajarkan oleh guru, jika tidak mendapat tugas dari guru mereka.
Guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang bersifat profesional.
Seorang guru bertugas membelajarkan anak didik agar dapat mencapai tujuan
pembelajaran, dan harus bisa berada dalam kondisi yang memungkinkan
siswa dapat belajar.
Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses
perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi de ngan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan
tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku. Belajar adalah suatu
proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,2003:2).
Manusia dalam hidupnya, setiap saat selama dalam kSseadaan sadar
menggunakan bahasa dalam berpikir, menyimak, berbicara, membaca dan
menulis. Namun, kemampua n menggunakan bahasa tidaklah merupakan kemampuan yang
sifatnya alamiah seperti bernafas dan berjalan.
Kemampuan berbahasa tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan
sendirinya, melainkan harus dipelajari. Seseorang yang sejak bayi terlepas
dari lingkungan manusia tidak mampu berbahasa.
Bahasa mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan bahasa. Dalam
dunia pendidikan termasuk matematika, selain kemampuan berhitung
kemampuan berbahasa juga sangat diperlukan. Kemampuan berbahasa sangat
menentukan keberhasilan dan prestasi belajar siswa disekolah. Apabila
kemampuan berbahasa tidak dikuasai siswa, maka mereka akan mengalami
kesulitan dalam menyelesaikan soal matematika terutama kesulitan dalam
pemahaman bahasa matematika.
Kenyataan sekarang ini, masih dijumpai permasalahan matematika yang
tidak dapat diselesaikan dengan baik karena terbentur pada rendahnya
kemampuan berbahasa siswa dalam memahami persoalan yang diajukan.
Siswa sering tidak dapat membedakan apa yang diketahui dan apa yang
ditanyakan dalam suatu soal matematika.
Suatu ciri khas dalam pendidikan modern saat ini, hendaknya siswa
dapat ikut berpartisipasi aktif sedemikian hingga melibatkan intelektual dan
emosional siswa dalam proses belajarnya. Dengan demikian dapat
diterjemahkan bahwa dalam setiap pengajaran matematika harus diarahkan
untuk pengembangan daya aktivitas siswa baik mental maupun fisik.
Pembelajaran problem posing adalah pengajaran yang dilakukan
melalui cara pengajuan soal oleh siswa dan cara penyajiannya juga oleh siswa
sendiri. Dalam hal ini, problem posing merupakan salah satu pengajaran yang
menuntut adanya keaktifan siswa baik mental maupun fisik. Dengan
digunakannya metode problem posing dalam pembelajaran matematika
diharapkan kemampuan verbal siswa dalam menyelesaikan soal-soal
matematika akan meningkat.
Atas dasar tersebut diatas maka peneliti akan melakukan penelitian
tentang “Meningkatkan Kemampuan Verbal Siswa Dalam Menyelesaikan
Soal Matematika Melalui Problem Posing”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka
dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan diantaranya adalah sebagai
berikut:
1. Banyak siswa yang malas belajar dan berlatih memecahkan atau
menyelesaikan soal matematika jika tidak mendapat tugas dari gurunya.
2. Rendahnya kemampuan verbal siswa dalam memahami persoalan
matematika.
3. Pentingnya faktor strategi yang digunakan dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
C. Pembatasan Masalah
Guna menghindari kesalahpahaman serta demi keefektifan dan
keefisienan dalam penelitian ini, maka tidak semua masalah dalam
pembelajaran akan diteliti. Pada penelitian ini permasalahan akan dibatasi pada:
1. Pembelajaran pada pokok bahasan sistem persamaa n linear dua variabel
siswa kelas VIII C SMP N 1 Wonosari
2. Pembelajaran dengan pendekatan problem posing mungkin dapat
meningkatkan kemampuan verbal siswa dalam menyelesaikan soal matematika
3. Aspek pemahaman dapat dilihat dari kemampuan mengerjakan tugas
secara tepat, dan aspek pemecahan masalah diamati dari kemampuan
membuat soal, mengubah permasalahan dalam bahasa matematika,
menganalisis masalah serta menemukan cara penyelesaiannya.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka masalah
yang ada dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran matematika yang dilakukan
guru melalui pendekatan problem posing ?
2. Apakah melalui pendekatan problem posing dapat meningkatkan
kemampuan verbal siswa kelas VI II C SMP N 1 Wonosari dalam
menyelesaikan soal matematika ?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan :
1. Untuk mengetahui langkah-langkah pembelajaran matematika yang
dilakukan guru melalui pendekatan problem posing
2. Untuk meningkatkan kemampuan verbal siswa dalam menyelesaikan soal
matematika melalui pendekatan problem posing
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
pengetahuan pada tingkat teoritis kepada pembaca dan guru dalam
menigkatkan kemampuan verbal siswa dalam menyelesaikan soal
matematika pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel
(SPLDV) melalui pendekatan problem posing. Penelitian ini juga dapat
memberikan dorongan kepada guru dalam memperluas pengetahuan dan
wawasan mengenai model pembelajaran alternatif.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi nyata berupa
langkah-langkah untuk meningkatkan kemampuan verbal siswa dalam
menyelesaikan soal matematika pokok bahasan sistem persamaan linear
dua variabel (SPLDV) melalui pendekatan problem posing. Hasil
penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi siswa, guru,dan sekolah.
a. Bagi siswa, penelitian ini dapat menggali potensi siswa sehingga
dapat ditumbuhkembangkan
b. Bagi guru, penelitian ini merupakan masukan dalam memperluas
pengetahuan dan wawasan tentang model pembelajaran terutama
dalam rangka meningkatkan kemampuan verbal siswa dalam
menyelesaikan soal matematika
c. Bagi sekolah, penelitian ini memberikan sumbangan dalam rangka
perbaikan pembelajaran matematika
MODEL PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASISPORTOFOLIO PADA POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOKDI SMP NEGERI I TAWANGMANGU KELAS VIITAHUN AJARAN 2004/2005
ABSTRAK
Disusun Oleh :
Singgih Maryadi, A 410950032,
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar
siswa menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Portofolio dan
menggunakan Model Pembelajaran Konvensional. Populasi dalam penelitian
ini adalah semua kelas VII SMP Negeri 1 Tawangmangu. Sampel penelitian
ini terdiri dari satu kelas eksperimen yang berjumlah 39 siswa dan satu kelas
sebagai kelas kontrol yang berjumlah 39 siswa yang terus diambil dengan
random sampling. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode : observasi, tes, dokumentasi.
Untuk melakukan uji coba
instrumen validitas dan reliabilitas yang bertujuan untuk mengukur bentuk
soal sehingga tidak menyimpang dari gambaran variabel yang dimaksud.
Sebelum dilakukan persyaratan uji analisis yang meliputi : uji normalitas dan
uji homogenitas. Setelah itu dilakukan pengujian hipotesa dengan uji t pada
taraf signifikasi 5%. Dari hasil analisis data menunjukkan ada perbedaan
prestasi belajar matematika yang signifikan yang dilakuakan antara Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio dengan Model Pembelajaran Konvensional,
dengan tHitung = 3,76 > tTabel = 1,960. sehingga dapat dikatakan model
pembelajaran portofolio dapat meningkatkan prestasi siswa.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya tak lepas dari matematika yang merupakan ilmu
penting untuk mendasari ilmu-ilmu lain serta merupakan alat-alat bantu bagi
ilmu-ilmu tersebut untuk mengembangkan diri. Matematika merupakan salah satu
ilmu dasar murni yang kini telah berkembang pesat baik materi maupun
kegunaannya. Ini terjadi sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang semakin maju. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
ada tidak terlepas dari peranan matematika, oleh karena itu dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat dewasa ini perlu calon
pendidik untuk memperhatikan pendidikan matematika seiring dengan
perkembangan IPTEK tersebut.
Dengan demikian matematika dapat mempersiapkan peserta didik untuk
menghadapi perubahan didalam kehidupan yang selalu berkembang melalui
tindakan dengan pemikiran yang logis dan cermat sehingga siswa dapat
menggunakan matematika dan pola pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari
dan dalam mempelajari ilmu pengetahuan.
Karena itu dalam kegiatan belajar mengajar didalam kelaspun guru harus
mempersiapkan diri sedemikian rupa sehingga peserta didik dapat mencapai
tujuan tersebut. Maka dari itu penguasaan konsep matematika yang ditanamkan
pada peserta didik sangat penting dalam mempercepat perkembangan peserta
didik untuk masa yang akan datang.
Sampai saat ini matematika masih menjadi mata pelajaran yang kurang
disukai siswa. Oleh karena itu sebagai pendidik haruslah dapat meningkatkan
siswa untuk menyukai pelajaran yang diberikan. Selain itu untuk meningkatkan
mutu pendidikan diperlukan perubahan-perubahan pola fikir yang digunakan
sebagai landasan pelaksanaan kurikulum. Pada masa lalu proses belajar mengajar
terfokus pada guru, dan kurang terfokus pada siswa. Akibatnya kegiatan belajar
mengajar lebih menekankan pada pengajaran dari pada pembelajaran.
Untuk itu, model pembelajaran tersebut harus sudah tidak digunakan lagi
karena tidak dapat mencapai pendidikan nasional secara maksimum. Maka secara
bertahap dan terus menerus dilakukan perbaikan dan pengembangan kurikulum
serta kualitas pemebelajaran dan mutu pendidikan sekolah yang sesuai dengan
kuikulum berbasis kompetensi. Dalam meningkatkan mutu pendidikan pada
pelajaran matematika dan agar pengajaran matematika lebih bermakna maka perlu
ditanamkan kepada siswa suatu pembelajaran yang menyenangkan. Model
pembelajaran menyenangkan di sini adalah untuk mengajak siswa bermain sambil
belajar, sehingga penguasaan konsep siswa dapat tertanam dan dapat mencapai
hasil yang optimal untuk memecahkan suatu masalah.
Dalam menyelesaikan suatu permasalahan, seorang siswa perlu memahami
suatu proses penyelesaian dan menjadi terampil dan memilih konsep yang benar.
Selanjutnya mencari dan memutuskan rencana penyelesaian dan
mengidentifikasikan ke dalam kelompok permasalahan, sehingga akan
memungkinkan siswa untuk menyalesaikan masalah dan mengambil suatu
kesimpulan yang tepat. Menurut Hudoyo (1979 : 157), yang dalam bukunya,
Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas
menyatakan bahwa:
“Suatu pertanyaan merupakan suatu masalah bagi seorang anak, tetapi tidak
akan menjadi suatu masalah lagi bagi anak tersebut pada saat berikutnya, bila
anak tersebut sudah mengetahui cara atau proses mendapatkan penyelesaian
masalah tersebut”.
Jadi jelas dalam buku tersebut siswa harus dapat menghadapi persoalan yang
dihadapi oleh siswa tersebut untuk menjadikan tantangan yang harus dihadapi
untuk dapat menjawabnya.
Keberhasilan siswa belajar juga tidak sekedar berhasil belajar, tetapi
keberhasilan belajar yang ditempuhnya dengan belajar yang aktif. Ruseffendi
(1991:02) mengatakan dalam bukunya Pengantar Kepada Membantu Guru
Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk
Meningkatkan CBSA.
“Suatu kelompok siswa dikatakan belajar secara aktif bila dalam kegiatan
belajar ada mobilitas, misalnya nampak ada interaksinya yang terjadi antara
guru dan siswa serta antara siswa sendiri, komunikasi yang terjadi itu tidak
hanya satu arah dari guru ke siswa tetapi banyak arah. Bila mereka belajar di
dalam ruangan kelas akan nampak dari adanya keberhasilan siswa untuk
bergerak”.
Dengan demikian belajar matematikan harus dilaksanakan secara keseluruhan,
artinya bukan semata-mata mempelajari cara kerja untuk menyelesaikan masalah,
tetapi harus digali dengan berbagai macam cara sehingga mendapatkan
penguasaan konsep yang optimal, yang secara langsung dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi.
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk mengkaji bagaimana
caranya siswa itu dapat menguasai penguasaan konsep untuk memecahkan
masalah dengan menyusun skripsi yang berjudul: “Model Pembelajaran
Matematika Berbasis Portofolio Pada Pokok Bahasan Kubus Dan Balok”.
B. Alasan Pemilihan Judul
Kata pembelajaran dapat di artikan sebagai perubahan dalam kemampuan,
sikap, atau perilaku siswa yang relatif permanen sebagai akibat dari pengalaman
atau pelatihan. Perubahan yang hanya berlangsung sekejab dan kemudian kembali
keperilaku semula menunjukkan bahwa terjadi peristiwa pembelajaran, walaupun
mungkin terjadi pengajaran. Tugas seorang guru adalah membuat agar proses
pembelajaran pada siswa berlangsung secara efektif.
Selain fokus pada siswa pola fikir pembelajaran perlu diubah dari sekedar
memahami konsep dan prinsip keilmuan, siswa juga harus memiliki kemampuan
untuk berbuat sesuatu dengan menggunakan konsep dan prinsip keilmuan yang
telah dikuasai. Selain itu dari pemebelajaran yang sekedar ingin tahu, juga harus
dapat berbuat dan bahkan sampai dituntut untuk membangun jati diri yang kokoh
sehingga dari pembelajaran itu terlihat lebih harmonis.
Model pembelajaran berbasis portofolio ini merupakan satu bentuk
perubahan pola fikir tersebut, yaitu suatu inovasi pembelajaran yang dirancang
untuk membantu peserta didik memahami teori secara mendalam melalui
pengalaman belajar praktik empirik. Bila kita perhatikan dari sejumlah
keunggulan model pembelajaran yang berbasis portofolio ini adalah :
1. Dapat mengumpulkan informasi baik formal maupun non formal yang dapat
dilaksanakan secara terpadu dalam suasana yang menyenangkan serta
memungkinkan ada kesempatan terbaik bagi siswa untuk menunjukkan apa
yang diketahui, dipahami, dan mampu dikerjkan.
2. Pencapaian hasil belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok,
tetapi dibandingkan dengan kemampuan sebelumnya.
3. Pengumpulan informasi menggunakan berbagai cara agar kemajuan belajar
dapat terdeteksi secara lengkap.
4. Siswa dituntut agar mengerahkan semua potensi dalam menanggapi,
mengatasi semua masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri, bukan
sekedar melatih siswa memilih jawaban yang tersedia.
Model pembelajaran ini dapat menjadi program pendidikan yang mendorong
kompetensi, tanggung jawab, dan partisipasi peserta didik, belajar menilai dan
mempengaruhi kebijakan publik, memberanikan diri untuk berperan serta dalam
kegiatan antar siswa, antar sekolah, dan antar anggota masyarakat sehingga
menjadi manusia yang berguna.
Berdasarkan refleksi pengalaman belajar melalui Model Pembelajaran
Berbasis Portofolio itu banyak terjadi keuntungan bekerja dalam belajarnya
melalui tim yang dibentuk antaranya adalah banyak memperoleh masukan dalam
menyelesaikan persoalan. Oleh karena itu jika masukan-masukan itu menunjang
pemecahan masalah, maka masalah itu mudah dipecahkan secara lebih
komprehensip sehingga dapat meningkatkan kompetensi siswa.
Kompetensi adalah pengatahuan, ketrampilan, sikap, dan nilai-nilai yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Untuk tewujudnya proses
dan hasil pendidikan akan sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh ketersediaan
sumber daya manusia. Guru memiliki tantangan yang tidak ringan untuk dapat
melaksanakan proses belajar.
Dalam kontek pendidikan, penilaian diartikan sebagai suatu kegiatan untuk
mengetahui perkembangan, kemajuan dari hasil belajar siswa selama program
pendidikan. Dalam kegiatan pembelajaran matematika penilaian memiliki
beberapa tujuan. Tujuan penilaian itu antara lain adalah :
1. Mengetahui kecakapan dari pengetahuan siswa.
2. Mengetahui seberapa jauh siswa telah mencapai tujuan pembelajaran.
3. Mengetahui apa yang telah diketahui dan yang tidak diketahui oleh siswa
4. Menegaskan bahwa penilaian dalam pembelajaran matematika siswa mampu
membuat keputusan.
Dari hal tersebut tentu saja secara keseluruhan tujuan dari penilaian adalah
untuk membuat pilihan yang tepat yang dapat mengembangkan keefektifan
pembelajaran tersebut. Keputusan yang diambil berdasar pada suatu pertimbangan
tertentu dan pertimbangan itu didasarkan pada informasi yang telah berhasil
dikumpulkan.
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebagai
bagian dari sistem yang direncanakan. Komponen-komponen pokok penilaian
meliputi pengumpulan informasi, interprestasi terhadap informasi yang telah
dikumpulkan, dan pengambilan keputusan. Ke-tiga komponen itu saling berkaitan
dan sebelum melakukannya guru harus menentukan atau merumuskan tujuan
penilaian.
Tujuan dan fungsi penilaian khususnya penilaian hasil belajar dapat bermacammacam,
yang antara lain adalah :
a. Mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran
b. Mengetahui kinerja dari belajar siswa
c. Mendiagnosis kesulitan belajar siswa
d. Memberikan umpan balik terhadap peningkatan mutu pembelajaran
e. Menjadi alat pendorong dalam meningkatkan kemampuan siswa
f. Menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan kenaikan kelas atau
kelulusan
g. Menjadi alat penjamin, pengawasan, dan pengendalian mutu pedidikan
Portofolio merupakan salah satu bentuk instrumen penilaian yang digunakan
dalam pembelajaran, maka dapat dilaksanakan secara terpadu dengan kegiatan
belajar mengajar. Oleh karena itu, penilaian ini harus benar-benar dipahami dan
dilaksanakan oleh guru. Selain itu dalam pelaksanaan penilaian, guru juga harus :
1) Mengembangkan strategi yang mendorong dan memperkuat proses penilaian
sebagai kegiatan refleksi.
2) Memberi informasi tentang hasil belajar siswa.
3) Memberi kebutuhan siswa.
4) Mengembangkan sistem dalam pengamatan belajar siswa.
5) Menggunakan penilaian dalam pengumpulan informasi untuk membuat
keputusan tentang hasil yang dicapai siswa.
Dengan demikian secara keseluruhan pengertian dari judul Model
Pembelajaran Berbasis Portofolio Matematika Pada Pokok Bahasan Kubus Dan
Balok pada siswa kelas VII SMP N 1 Tawangmangu adalah berupa perencanaan
dan pelaksanaan pembelajaran oleh peneliti yang bekerja sama dengan guru
sebagai mitra dalam usaha untuk dapat siswa menguasai mata pelajaran
matematika yang berdimensi tiga. Maka penulis mengambil Model Pembelajaran
Berbasis Portofolio ini sebagai sebagai judul skripsi untuk menempuh gelar
kesarjanaan.
C. Perumusan Masalah
Belum maksimalnya nilai hasil belajar dikarenakan siswa kurang termotivasi
untuk belajar, mengingat proses belajar selama ini lebih tertumpu pada guru dan
tugas yang telah diberikan sehingga siswa selalu jenuh dan kurang senang dengan
cara pembelajaran tersebut untuk dapat memahami apa yang telah diberikan.
Akibat lebih lanjut adalah lemahnya penguasaan materi, model pembelajaran dan
sistem penilaian. Hal ini tidak boleh dibiarkan belarut-larut. Oleh karena itu
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio ini sungguh strategis sifatnya bagi upaya
pemecahan masalah rendahnya prestasi belajar siswa. Maka dalam hal ini untuk
mengatasi masalah yang terjadi dalam proses ini juga harus diketahui :
Apakah ada perbedaan antara prestasi pembelajaran siswa yang diberi dengan
model pembelajaran portofolio dengan model pembelajaran konvensional?
D. Pembatasan Masalah
Agar tidak terjadi kesalah pahaman penafsiran dan lebih terarahnya dari
penyimpangan dalam penelitian ini, dan juga untuk mengingat keterbatasan
kemampuan penulis dalam membuat sekripsi ini, maka perlu adanya pembatasan
masalah, antara lain :
Penelitian ini hanya dilakukan pada SMP Negeri 1 Tawangmangu Kelas VII.
a. Mata pelajaran yang penulis lakukan untuk penelitian pada mata pelajaran
matematika pada pokok bahasan kubus dan balok.
b. Prinsip belajar siswa aktif
Proses pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio yang berpusat pada siswa. Aktifitas siswa hampir seluruh proses
pembelajaran, dari fase perencanaannya di kelas.
c. Faktor guru hanya monitoring dari jalannya pembelajaran.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini ialah untuk meningkatkan proses
belajar khususnya mata pelajaran matematika dengan menggunakan model
pembelajaran portofolio sehingga siswa lebih dapat memahami dan mendapatkan
konsep yang benar.
F. Manfaat Penelitian
Penulis ingin menulis berharap dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Untuk menunjang keberhasilan memahami materi kubus dan balok dengan
Model Pembelajaran Berbasis Portofolio sebagai model unggulan dibidang
matematika.
2. Untuk menambah pengetahuan dan pengalaman bagi penulis sehingga berguna
dalam membangun ilmu sebagai calon didik.
3. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah, mengambil
keputusan, dan berkomunikasi dengan orang lain.
4. Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan bagi guru matematika
khususnya untuk meningkatkan penguasaan materi kubus dan balok.